Tantra dianggap mampu mewakili pemahaman filosofi yang kuat, untuk merangkul seluruh pengetahuan dari sistem meditasi, untuk menghasilkan kemampuan pemusatan pikiran pada bentuk apapun, memanfaatkan setiap aktivitas tubuh secara maksimal, ucapan dan pikiran, sebagai bantuan menuju jalan pembebasan.
Mengenal Tantra
Tantra bisa memiliki arti kata yang berbeda dan berusaha untuk mendefinisikannya tidaklah mudah. Sedangkan secara umum kata tantra berasal dari akar kata sansekerta tan yang berarti perluasan dan tra yang berarti pembebasan. Oleh karena itu, Tantra adalah keseluruhan praktik untuk memperkuat kesadaran, dengan menggunakan tubuh dan pikiran secara sistematis sebagai instrumen fisik untuk mencapai realisasi spiritual, cara praktis menuju pembebasan.
Tubuh dan pikiran diatur oleh tiga guna yaitu: sattva, rajas dan tamas (kebajikan, nafsu, kebodohan). Mereka adalah alat utama alam semesta (Prakriti) untuk mempertahankan jiwa tetap berada pada garis siklus kelahiran dan kematian melalui hukum karma yang tak bisa terhindarkan.
Dalam Tantra Mahanirvana dan Vijnana Bhairawa disebutkan bahwa, Dewa Siwa menjelaskan berbagai teknik meditasi kepada ibu Parwati, bagaimana cara mengatasi pengaruh segala ikatan dari alam ini, dan upaya membangkitkan kesadaran diri yang lebih tinggi, itulah syarat dasar agar bisa melepaskan diri dari siklus kelahiran dan kematian.
Memang, bisa dikatakan bahwa hanya sedikit orang yang mampu untuk memiliki akses ke pengetahuan seperti itu, yang biasanya hanya diturunkan dari guru ke murid. Ketika praktisi ingin mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi, salah satu caranya adalah dengan pengendalian energi vital, menggunakan nafsu seks untuk mendorong pertumbuhan spiritual. Disini kita berbicara mengenai praktik seperti dalam Chakra Sadhana, dimana praktisi dan pasangannya bersatu untuk mencapai pengalaman kebahagiaan spiritual. Ini adalah salah satu ritual rahasia, di mana transformasi alkimia secara bertahap terjadi, dari yang kasar menuju yang halus, dari materi ke tingkat spiritual.
Banyak praktisi spiritual yang mengatakan, bahwa gagasan untuk mempelajari Tantra adalah jalan yang salah. Pendapat Tantra sendiri berbeda, latihan adalah belajar, pengalaman pribadi secara langsung di sini, adalah satu-satunya cara untuk mempermudah mencapai pembebasan, ini adalah tujuan kehidupan manusia, yang hanya dengan mengandalkan diri sendiri, untuk meraih pengetahuan tertinggi dengan sedikit dorongan dari guru.
Tantra juga mengenal praktek simbol dan sihir. Simbol dan gambar dieksplorasi, diamati, memasuki makna terdalam sebenarnya, sehingga mampu mengungkapkan dirinya dan tujuannya. Anda akan melihat dunia dalam bentuk energi, ini digunakan untuk membangkitkan energi vital seseorang untuk bersatu dengan yang mutlak.
Tujuan Utama Tantra
Kata tantra juga berasal dari dua kata, tattva dan mantra. Tattva berarti ilmu tentang prinsip-prinsip kosmik, sedangkan mantra mengacu pada ilmu suara dan getaran mistik. Oleh karena itu, Tantra adalah cara penerapan ilmu-ilmu kosmis, dengan pandangan untuk mencapai kekuasaan spiritual. Dalam pengertian lain, tantra juga berarti kitab suci yang dengannya cahaya pengetahuan disebarkan
Tanyate vistaryate jnanam anemna iti tanram.
Mempelajari Tantra dianggap akan mengalami dua hal utama yang merugikan yaitu “menakutkan dan cabul”, sehingga masyarakat yang bermoral baik harus memperhatikan kesopanan dan berusaha untuk tidak mempelajarinya. Sangat sedikit yang menyadari bahwa sikap yang pertama tidak bisa dibenarkan, yang terakhir juga tidak beralasan.
Memang benar bahwa beberapa teks Tantrik, juga bekerja dengan ide-ide yang sangat abstrak dan menggunakan simbolisme yang rumit, dan terkadang tidak relevan. Juga benar bahwa beberapa ritual Tantrik, seperti yang dijelaskan dan dipraktikkan sepenuhnya, juga dengan cara-cara aneh dan jelas-jelas menjijikkan. Tapi ini adalah bentuk dari penyimpangan, sama sekali asing bagi semangat dan inti ideologi Tantra itu sendiri.
Tantra sendiri diangkat dari perilaku masyarakat sendiri, unsur-unsur abstraksi, kebiasaan masyarakat yang merugikan secara alami dikurangi. Ini menyangkut diri sebagai manusia normal dan berkaitan dengan kehidupan sehari-harinya. Ada penekanan yang jelas pada individu dalam budaya ini, bertentangan dengan orientasi kolektif dalam tradisi Weda. Segala bentuk pemborosan atau keeksentrikan dalam perilaku individu memang tidak pernah disarankan, didorong atau diterima.
Tubuh manusia adalah kumpulan organ (angas), organisasi dari kekuatan (dhatus, doshas dan malas), dan pola yang bakal terjadi. Tradisi Tantrik memusatkan perhatiannya lebih pada individual, dari struktur fisik, mekanisme mental, mode kesadaran, dan motivasi dari organisme itu sendiri.
Konsep Tantrik klasik seperti bija, bindu, samvit, kata, mandata, prakasa, vimarsa, ahamta, idamta, dan Kancuka, jelas merupakan konsesi terhadap keterlibatan kosmik yang berkembang, sebagai akibat dari interaksi dengan sistem pemikiran dari Weda. Bahkan ketika keterlibatan ini terjadi, kepentingan individu tidak bisa dikompromikan. Dalam tubuh individu, ada dua aspek kehidupan menarik perhatian eksklusif dari Tantra yaitu pernapasan dan seks.
Tantra memiliki ketakutan, bahwa dengan menghembuskan napas, mengeluarkan udara dari tubuh dan mengeluarkan cairan sperma, akan sama saja dengan menghabiskan energi dari kehidupan dan mempercepat kematian. Untuk memperpanjang hidup, dianggap perlu berlatih untuk menahan napas dan menahan keluarnya cairan sperma. Teknik-teknik pengendalian nafas dan prosedur Pranayama seperti yoni-mudra dan vajroli-mudra (akan kita bahas di tulisan selanjutnya) berfungsi untuk mencegah ‘bindu mencapai api’ (ejakulasi) hal ini diajarkan dan dianjurkan dalam beberapa teks Tantrik untuk memperpanjang usia manusia.
Penggunaan citra seks, tidak diragukan lagi sering terjadi dalam pengetahuan Tantrik. Tapi itu membuatnya menjadi pedang bermata dua, yaitu cabul dan mengerikan. Seks itu sendiri adalah produk netral, seperti udara yang kita hirup, dan itu alami. Ekspresinya tergantung pada kedewasaan dari para individu, motivasi dan kebiasaan mental mereka.
Perkumpulan rahasia yang mengabdikan diri pada kesenangan seksual, yang eksotis dan tak terkendali menjadi sarang dari kejahatan, pembunuhan, yang menyamar sebagai sekte Tantra esoteris, dan sampai batas tertentu telah lolos begitu saja. Mereka memperlihatkan kepada masyarakat umum, bahwa erotisme adalah inti dari Tantra, sedangkan apresiasi mereka terhadap aspek Tantra ini, tidak sepenuhnya merupakan bentuk dari pemahamannya. Buku-buku menarik tentang ‘Seni Tantrik’ banyak yang membanjiri toko-toko buku, karena masyarakat ingin mencoba mempraktekkan isi, dari prilaku seksual yang diajarkan oleh Tantra, ini adalah contoh dari fakta ini.
Sangat disayangkan bahwa dalam keadaan ini, Tantra membawa asosiasi pikiran yang mengerikan dan cabul. Bagaimanapun, seks dalam Tantra dimanfaatkan bukan untuk kepuasan langsung, tetapi untuk proses ‘pembalikan’ (parivrtti) dan pengendalian diri (samyama atau dharana).
Tantra tidak boleh ditafsirkan sebagai kumpulan kultus mistik, yang memegang ide-ide aneh yang tidak biasa, Tantra adalah bentuk filosofi hidup yang sederhana, serius, sadar dan realistis, yang mempertimbangkan segala dorongan dan aspirasi normal masyarakat. Tantra adalah ekspresi kolektif yang terdiri dari banyak kultus suku dan daerah. Tetapi yang menarik, bahwa semuanya memiliki prinsip umum dalam mempelajarinya seperti :
- Keharusan memiliki seorang guru.
- Perlunya proses inisiasi (diksha).
- Merahasiakan pelaksanaan ritual.
- Penggunaan simbolisme.
Dalam arti tertentu, Tantra paling tepat digambarkan sebagai bentuk ‘kebijaksanaan simbolis, yang dikomunikasikan secara langsung, melalui seorang guru kepada murid. Simbolismenya menghadirkan kesulitan yang nyata bagi siswa yang mempelajarinya, terutama ekstraksi Barat.
Bahasa Temaram Dalam Tantra
Tantra yang ditulis jelas merupakan paradoks, karena menurut definisi itulah yang didapat secara lisan dari guru, dan ada perintah keras bahwa sebuah buku, tidak akan pernah bisa menjadi pengganti guru, yang pada dasarnya adalah urusan rahasia, sangat pribadi bagi praktisi dan gurunya.
Untuk menyelaraskan keinginan para ahli tantra, agar mereka bisa tetap menulis akan tetapi dengan memberikan larangan menulis, mereka menyadari prasangka buruk terhadap aliran tantra yang ada apabila mempublisitaskan, dan mereka menemukan metode yang bijaksana untuk menggunakan bentuk ucapan simbolik sebagai cara untuk mempublisitaskan.
Tidak diragukan lagi, mereka mampu menulis dalam bahasa yang mampu dibaca semua orang, tetapi hanya sedikit yang akan mampu untuk mengerti maknanya. Bahasa ini, atau lebih tepatnya gaya penulisannya, secara teknis dikenal sebagai sandhabhasha (bahasa temaram, rahasia, bahasa Sandi) dan dalam istilah Balinya dikenal sebagai bahasa yang masih berkulit.
Jelaslah bahwa traktat tantrik pada awalnya dimaksudkan hanya untuk penggunaan pribadi, dan untuk peredaran yang juga sangat terbatas, penyajian ritual dari sebuah salinan akan selalu disertai dengan klasifikasi lisan dan penjelasan penting. Bagi orang yang tidak memahami, tentu saja, tulisannya dianggap tidak masuk akal, dan apabila diartikan secara harfiah, itu akan cukup membingungkan mereka, atau bahkan bisa menyesatkan mereka.
Mengontrol Kemampuan Spiritual
Bukan hanya bahasa teks-teks tantrik yang memiliki sifat simbolis. Tantra sebenarnya memang berkomitmen pada simbolisme, secara khusus serta lebih esensial. Sumber komitmen ini tidak jauh untuk bisa dicari. Salah satu proposisi dasar Tantra adalah meningkatkan keunggulan dari seorang individu sebagai produk dan sumber energi.
Superiora de inferioribus, inferiora de superioribus
Individu, dalam pandangan ini, adalah manusia sebagai bentuk alam semesta mini, makrokosmos tidak hanya ada di dalam mikrokosmos (Superiora de inferioribus, inferiora de superioribus), tetapi juga memiliki hubungan paralelisme esensial tertentu dengannya. Kekuatan yang bekerja di dunia, semuanya tidak akan aktif di dalam tubuh manusia yang masih hidup. Tetapi ketika mereka mampu untuk diorganisir secara memadai, dan diselaraskan secara efektif, manusia akan menjadi penerima kekuatan yang luar biasa tersebut.
Praktek tantra yang lebih praktis terhadap badan duniawi, berbicara tentang bagaimana menguasai semua unsur tubuh dan untuk pencapaian kemampuan siddhi, tetapi untuk proses yang lebih, spiritual menuntut pembebasan diri bahkan saat ketika masih hidup sebagai tujuan yang tepat. Mendapatkan bentuk tubuh yang abadi, merupakan tujuan dari penekun alkimia di seluruh dunia, juga tujuan di banyak aliran Tantrik.
Selain untuk memperdalam kemampuan sidhi, para praktisi juga mulai mengembangkan segala latihan, untuk menuju ketenangan dan pembebasan. Yang dimaksud di sini adalah rangkaian teknik untuk menyelaraskan dan menyalurkan energi psikis, dan ini disebut sebagai sadhana, semacam internal spiritual alkimia.
Tujuan Sadhana sendiri adalah untuk mengubah kemampuan diri individu, dengan memanfaatkan energi yang terkurung di dalam tubuhnya, secara normal mengkoneksikannya pada kondisi kehidupan yang sedikit dipersempit, serta tidak memuaskan, sehingga ia secara perlahan-lahan berfungsi lebih efektif, lebih bermakna, dan lebih bersemangat.
Oleh karena itu, secara alami, Sadhana turut melibatkan serangkaian latihan, fisik (seperti pengendalian napas dan pengendalian postur tubuh yang efektif) serta mental (seperti kontemplasi, konsentrasi, dan visualisasi). Kadang-kadang bentuk ekstrim dari asketisme atau praktik seksual yang aneh juga disertakan, meskipun itu jarang .
Penolakan konvensi, penarikan diri dari kehidupan normal, pelaksanaan beberapa ritual yang mengerikan, menjijikkan, dan memanjakan hubungan seksual yang tampaknya menyimpang, memang tidak bisa diragukan lagi, yang merupakan ciri-ciri mencolok dari kebanyakan sekte Tantra, tetapi harus diingat bahwa apa yang mereka lakukan, tidak dianggap sebagai hal yang wajar atau sangat penting untuk pencapaian tujuan Tantra sendiri.
Bahkan hanya dengan melakukan beberapa gerakan tangan, serta manipulasi jari (mudra) dianggap mampu menghasilkan efek spiritual yang besar. Penekanan utama dalam tantrik, adalah:
- Cara melatih mental.
- Mengontrol nafas
- Mengontrol pikiran.
Dan pengendalian pikiran adalah sebagai pintu gerbang untuk menguasai energi psikis. Sadhana dan apapun jenis afiliasinya, adalah prosedur yang memiliki empat aspek dasar individu, yaitu :
- Arus vital manusia,
- Pikiran,
- Kesadaran dan energi,
- Mobilisasi dan diselaraskan.
Semua praktik diarahkan untuk mengumpulkan dan mengatur energi psikis. Perangkat awal dan umum yang digunakan Tantra adalah menggunakan ‘mandala’, Pada dasarnya itu adalah desain geometris yang terlihat, seringkali lingkaran seperti pada Yantra, yang menunjukkan keseluruhan keberadaan alam semesta, kekuatan secara simbolis diproyeksikan di atasnya dan diatur sesuai dengan tema operasional. Ini adalah konsep topologi, yang melibatkan rekonstruksi ruang subjektif.
Diwakili secara eksternal, melambangkan tata letak seluruh alam, titik pusat menandakan gunung Meru, di mana semua benua, anak benua, alam dan keadaan keberadaan diatur dengan desain.
Tetapi dunia ini hanya akan memiliki makna terkait dengan manusia dan manusia adalah bentuk perhatian utama Tantra. Setiap individu di sana selanjutnya menyerap alam semesta masuk ke dalam dirinya sendiri, atau sebaliknya membuat dirinya terserap ke dalam alam semesta. Karena Proses berhubungan yang berlangsung dalam diri biasanya tidak dilakukan dengan benar bagaimana, memusatkan dunia pada individu, atau ketika memusatkan individu ke dunia. Tantra menyadari bahwa semua kesengsaraan manusia disebabkan oleh keterpusatan yang tidak tepat, dan mulai mengajarkan prosedur efektif untuk menuju keterpusatan yang benar.
Akhir kata
Segala sesuatu bisa menjadi kendaraan untuk mencapai kesadaran akan ke Tuhanan dan Tuhan itu sendiri yang ada di dalam diri kita, itulah sebabnya para ahli spiritual tidak memiliki batasan dalam mencari praktik baru untuk realisasi spiritual.