Rsi Narada, memiliki banyak kisah dalam berbagai kebudayaan, termasuk di Indonesia yang menyebutnya sebagai salah satu dari Dewa atau Bethara. Diluar asal usulnya, Rsi Narada merupakan salah satu karakter favorit penulis, karena kemampuannya untuk melintasi alam semesta.
Narada memiliki misi, untuk mengangkat pikiran makhluk hidup dan mengarahkan mereka menuju Tuhan. Tidak hanya di alam, dimana manusia tinggal, tetapi juga di alam dewa, semi-dewa, dan alam para asura. Dari semua kisah yang berhubungan dengannya, membuktikan betapa mengagumkannya beliau menjalankan misinya.
Perbandingan Dengan Sosok Penyair
Sebelum melangkah lebih jauh tentang Narada Purana, mari kita lihat kemiripannya dengan Sosok penyair dan penyanyi, yang sepertinya sudah tidak asing terdengar, kemiripannya bahkan ada dalam tradisi menyampaikan pesan, atau kisah yang dikenal sebagai Bardd, atau ordo penyair-penyanyi Celtic kuno, dimana fungsi utamanya adalah menyusun, dan menyanyikan syair (biasanya menggunakan harpa) yang mengelu-elukan pencapaian para kepala suku, prajurit, dan yang berkomitmen untuk fakta sejarah, serta ayat-ayat tradisional, ajaran agama, hukum, silsilah, dan lain sebagainya.
Dalam kebudayaan masyarakat Gaelik, dan Walsh, diabad pertengahan, seorang penyair atau Bardd, adalah seorang penyair profesional, yang dipekerjakan untuk menyusun elegi bagi tuannya. Bila tuannya tidak membayar dengan cukup atas jasanya, maka sang penyair akan membuat sindiran. Hal ini juga berlaku tidak hanya Bradd melainkan juga Skalds, Rhapsodes, Minstrels dan Scops sebagai penyair profesional.
Sedangkan di dalam teks India, Narada senang melakukan perjalanan ke dunia dan alam yang jauh (Sanskerta: lokas). Dia digambarkan membawa khartal (alat musik) dan veena, dan umumnya dianggap sebagai salah satu ahli alat musik kuno. Alat musik ini dikenal dengan nama “mahathi”, yang digunakannya untuk mengiringi nyanyian himne, doa, dan mantra.
Dalam tradisi Vaishnavism, beliau ditampilkan sebagai orang bijak, dengan pengabdian kepada dewa Wisnu. Narada digambarkan sebagai orang yang bijak dan nakal dalam beberapa cerita lucu. Beliau juga terkenal usil, memprovokasi konflik antara dewa, dan asura, demi kebijaksanaan mereka, serta untuk hiburan sendiri.
Mengenal Purana
Istilah purana sendiri, memiliki arti “kuno”, dan digunakan sebagai kata sifat dalam kitab Rg-Weda. Sedangkan purana sendiri, mengembangkan konotasi yang berarti sesuatu yang diwariskan, dari masa lalu, atau kumpulan legenda lama, yang tercantum dalam Atharwa weda.
“Hanya akan ada satu purana disetiap Kalpa, berjumlah seratus crores (ayat), dan ini membuatnya menjadi sumber semua sastra”
Dikisahkan juga bahwa Dewa Brahma, dalam penciptaan Nya mengingat Purana terlebih dahulu, sebelum semua sastra yang ada tercipta, selanjutnya baru kitab Weda, yang terucap dari mulutnya. (Matsya Purana)
Tetapi Purana juga menerima teori kepenulisan yang berasal dari manusia, dan kompilasi Purana pertama tersebut, dikaitkan dengan kisah Krishna Dwaipayana, yang ditulis oleh (Rsi Vyasa), dari waktu masih mengambang sebagai legenda, yang disampaikan secara lisan (akhyayikas), cerita-cerita atau anekdot (Upakhyanas) peribahasa atau ayat-ayat mirip subashita (gathas) serta kisah tentang zaman Kalpa. Bila seperti yang diyakini, maka penyusun ini merupakan orang bijak yang sama, dalam mengatur semua mantra-mantra tradisional yang tersebar ke dalam Weda samhita.
Narada Purana Salah Satu Dari Mahapurana.
Narada Purana termasuk dalam salah satu Mahapurana karena diklaim memiliki 25.000 ayat, meskipun setelah di cetak ternyata 18.550. Dan ternyata Narada purana juga memiliki versi ringannya (UpaPurana) dengan nama Brhan Naradiya Purana.
Ada setidaknya 18 purana yang termasuk dalam mahapurana, yaitu:
1 | Brahma | 7 | Markendava | 13 | Skanda |
2 | Padma | 8 | Agni | 14 | Vamana |
3 | Wisnu | 9 | Bhavishya | 15 | Kurma |
4 | Bayu (Vayu) | 10 | Brahma-Vaivarta | 16 | Matsya |
5 | Bhagavata | 11 | Linga | 17 | Garuda |
6 | Narada | 12 | Varaha | 18 | Brahmanda |
Lima Karakteristik (pancalaksana) dari Narada Purana, ini merupakan topik yang disampaikan oleh purana tersebut.
- Sarga (penciptaan alam semesta).
- Pratisarga (Kelanjutan dari proses penciptaan alam semesta)
- Vamsa (genealogy),
- Manvantara (Hindu kosmologi, periode peputaran para manu)
- Vamsanuwarnana, Gambaran informasi tentang kekuasan raja-raja dari dinasti matahari dan bulan.
Sumber Isi Narada Purana
Narada purana merupakan karya kompilasi (Samhita), yang memiliki sumber sangat banyak, tanggal atau lebih tepatnya tanggal bagian-bagiannya, bergantung pada tanggal sumbernya.
Narada purana sendiri dibagi menjadi dua bagian,
- Pertama berisi empat Padas
- Kedua berisi pemuliaan sumpah Ekadasi dan kisah Rukmangada.
Vedanga
Vedanga memiliki arti ‘anggota tubuh’ atau aksesoris dari kitab Weda, keberadaannya mampu membantu pemahaman yang tepat, pembacaan, serta penerapan pengorbanan, yang dilakukan dalam ritual Veda. Mereka termasuk membahas ilmu-ilmu tafsir seperti berikut: siksa (fonetik), kalpa (ritual), Vyakarana(tata bahasa), Nirukta (etimologi), Chandas (metrik) dan Jyotisa (astronomi). Bila dibandingkan dengan anggota tubuh dalam Kitab Weda, maka mereka seperti hidung, tangan, mulut, telinga, kaki dan mata.
Tantrik
Narada purana berasal dari zaman ketika ilmu tantrik (Hindu, Jain, Buddha) masih sangat populer serta masih dipraktekkan secara luas. Dalam Narada purana, dibahas secara khusus sebanyak 29 bab mengenai prosedur tantrik yang menggunakan praktek pengiwa yang cenderung keji (vamachara).
- Tantra, dibahas secara khusus dalam Narada purana, yang mana memberikan 29 bab khusus untuk lebih memahami tentang tantra. Setelah mendengar wacana tentang Dharma Moksa, Narada bertanya kepada sanat kumara mengenai Bhigavata tantra atau Mahatantra, dimana seseorang akan mampu untuk memahami Wisnu.
- Mantra, Dalam Tantrisme banyak kepentingan yang melekat pada penggunaan Mantra, yang merupakan formula suci untuk memanggil dewa. Narada purana, mengartikan dua suku kata menandakan kemahatahuan (Man), dan perlindungan atau pembebasan dari samsara (tra). Mantra diklasifikasikan sebagai Pria, wanita, dan netral, sesuai dengan kesimpulannya dengan suara hum atau phat (maskulin). Dwith atau swaha (feminim) dan namah (netral).
Karena mantra yang cacat tidak akan efektif dalam melindungi serta tidak memberikan kekuatan siddhi, bahkan meskipun sudah digumamkan dalam satu dekade. Untuk menghindari kesia-siaan ini, maka dibutuhkan pengetahuan tentang pengucapan mantra yang benar.
- Yantra, adalah diagram geometris yang diukir pada media keras seperti batu atau logam atau dilukis di atas kertas dengan menggunakan mantra bija yang tertulis di dalamnya. Sebagai pengembangan atau produk mantra, dan dewa yang tersirat dalam mantra. Dewa yang disembah di Yantra akan segera merespon praktisi.
Sekte Relegius Yang Terangkum
Usai pembahasan tentang tantrik di narada purana serta latar belakangnya, maka ada beberapa sekte agama penting, dapat disebutkan secara singkat, mereka adalah
- Pancharatra dan vaishnava
- Shaivism
- Shaktism
Pengenalan Agama dan filosofi
Banyak dasar tentang agama dan filsafat di Narada purana yang telah dibahas didalamnya. Hanya beberapa poin tersisa yang akan dicatat secara singkat:
- Kasta serta Tingkat kehidupan Dharma
- Cosmogony
- Yoga (Karma & Jnana Yoga)
Penjelasan tentang perbedaan dari Bhagavat dan Bhagavata
Dharmasastra
Merupakan sastra yang sangat penting dalam agama dan tradisi Hindu. Pertama, berlaku sebagai sumber hukum keagamaan, untuk menuju rumah tangga yang ideal, yang kedua sebagai sumber pengetahuan hukum, tentang agama Hindu, tradisi, dan etika. Narada purana menjelaskan tentang dharma sastra secara detail, dengan topik:
- Dana (pemberian),
- Prayascitta (penebusan dosa),
- Tithis, sraddha
- Vratas (sumpah religious)
- Tirtha (tempat suci)
Pengarang Narada Purana
Banyak sumber yang mengatakan, bahwa nama Narada purana diambil dari nama Rsi Narada sendiri. Namun pengarang dari narada purana bukanlah Rsi Narada, beliau hanya mendengar khotbah dari saudara-saudaranya Sanaka, Sanandana, dan lainnya. Karena pada bagian pertama beliau langsung berangkat menuju Narayana (NP. I.125.6-24).
Penulis selanjutnya dari karya ini dapat dianggap sama seperti dengan Rsi Vyasa yang lebih memilih untuk diam, tentang dirinya sendiri. Namun, ada beberapa indikasi di karya ini. bahwa Rsi Naradha sendiri juga ikut memberikan beberapa petunjuk, mengenai sub-kasta, wilayah, waktu, dan lain sebagainya.
Kesimpulan
Narada Purana, juga disebut Naradiya Purana, adalah salah satu dari dua teks dari bahasa Sansekerta. Yang satu termasuk Mahapurana, yang disebut Narada Purana, dan yang lainnya termasuk dalam Upapurana, yang disebut Brhan Naradiya Purana.
Bila teks yang tercantum dalam Brhan Naradiya Purana berfokus pada pemujaan Dewa Wisnu. Maka teks dari Naradiya memiliki 41 bab di mana sekitar 8-9 bab tentang pemujaan Dewa Wisnu, dan bab lainnya adalah panduan perjalanan ke kuil, sungai Gangga, dan daerah terdekat lainnya.
Naradiya Purana juga patut untuk diperhatikan, karena memiliki 18 bab yang menjelaskan Purana besar lainnya seperti Shiva Purana, Wisnu Purana, Brahma Purana, dan banyak lagi. Itu juga memiliki ringkasan Purana lain yang tertulis di dalamnya.