Apakah pembaca pernah berpikir mengenai kematian? Ini salah satu topik, yang sering dihindari dalam percakapan sehari-hari. Namun, ini penting untuk dipahami serta dipersiapkan. Mari kita buka jendela menuju makna, juga perjalanan setelah kematian, dengan pemahaman ini, akan memberikan pandangan lebih mendalam mengenai kehidupan.
Kematian, seringkali orang merasa terkejut, serta bingung, saat menyadari bahwa dirinya telah meninggal. Fenomena ini tidak jarang terjadi; sebagai contoh, bayangkan ketika seseorang sedang mengerjakan hal paling, dalam hidupnya, lalu mendadak mengalami serangan jantung, kemudian mengakibatkan kematian. Tentu saja, pikiran mereka masih terpaku pada aktivitas tersebut, serta dibutuhkan waktu, untuk melepaskan diri dari ikatan dengan dunia ini.
Ketika kematian datang dengan cara mendadak, seperti akibat serangan jantung tak terduga, kecelakaan, atau kejadian serupa, maka individu yang meninggal, mungkin merasa sangat bingung di saat-saat setelah kematiannya. Mereka memerlukan waktu untuk menemukan arah, atau orientasinya di dunia setelah itu.
Inilah sebabnya mengapa perlu ditekankan, pentingnya memiliki kesadaran tinggi pada saat kematian, bahkan dalam keadaan tidur, juga bermimpi, sehingga kita bisa membimbing diri sendiri, untuk menuju jalur yang akan memengaruhi, reinkarnasi berikutnya. Meskipun saat-saat tersebut, mungkin disertai dengan penderitaan fisik cukup kuat. Namun dengan memiliki pemahaman mengenai proses ini, akan jauh lebih baik dibandingkan, mengalami kebingungan setelah meninggal dunia.
Kematian Dan Chitragupta
Bagi banyak orang, kematian merupakan pengalaman penuh dengan ketidakpastian, serta sangat menakutkan. Terkadang, seseorang mungkin harus berupaya keras, untuk bisa berkomunikasi dengan orang yang sedang dalam kondisi sekarat. Namun, upaya tersebut mungkin tidak akan memberikan banyak bantuan, karena individu sekarat telah memasuki dunia berbeda. Pada tahap tertentu, yang masih hidup akan menyadari bahwa mata mereka yang sekarat, mulai bergerak dengan cepat, serta bibirnya, mengucapkan kata-kata sulit untuk dipahami.
Ketika seseorang mulai memahami konsep kematian, akan menjadi jelas bahwa pada saat itu, individu tersebut sedang menjalani penglihatan, dikenal sebagai “membaca buku catatan Chitragupta.” Frasa ini memiliki makna yang indah: “Chitra” berarti gambar, sedangkan “Gupta” berarti rahasia. Ini merujuk pada gambar-gambar rahasia, sedangkan gambar-gambar tersebut hanya bisa dilihat oleh individu yang sedang sekarat. Hal ini terjadi, ketika ingatan bawah sadar, juga tubuh kausalnya, mulai mencatat seluruh karma kehidupannya.
Ketika orang sekarat tersebut mulai menyaksikan seluruh aktivitas hidupnya diputar, seperti layaknya menonton sebuah film, mereka kemudian mulai merenungkan kembali, segala kesalahan masa lalunya. Namun, apakah mereka yang sekarat masih mampu memiliki kesadaran terhadap dunia luar? Tentu saja tidak, hal ini karena ego mereka, yang sebelumnya terproyeksikan keluar melalui indra-indranya ke dunia luar, juga mengidentifikasi diri sendiri dengan tubuh, kini menjadi proyeksi ke dalam alam bawah sadar sepenuhnya. Ego mencoba mencari sesuatu yang bisa digunakan sebagai identitas, memilih karma yang akan mempengaruhi kelahiran berikutnya.
Memahami Kematian Itu Sendiri
Memaksa seseorang untuk tetap waspada pada waktu sekarat, serta mengembalikan ego ke dalam pikiran sadar, dengan tujuan untuk bisa berkomunikasi selama beberapa menit, merupakan tugas sulit, bahkan hampir mustahil dilakukan. Pengalaman kematian, adalah proses kompleks, serta berada di luar kendali manusia.
Sebaliknya, pendekatan yang lebih bijaksana adalah, dengan memahami serta mempersiapkan diri, terhadap kematian selagi masih hidup. Proses ini bisa melibatkan praktik meditasi, refleksi, juga peningkatan kesadaran akan proses kematian itu sendiri. Pemahaman ini bisa membantu seseorang, untuk menghadapi kematiannya dengan lebih tenang, serta terarah.
Telah banyak penelitian ilmiah dilakukan, mengenai pengalaman kematian, serta fenomena terkait dengannya. Namun, penting untuk diketahui, bahwa pengalaman kematian seseorang, bisa sangat subjektif juga berbeda antara individu. Beberapa orang melaporkan pengalamannya, seperti melalui terowongan gelap, suara-suara tertentu, atau pengalaman transendental, yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Pandangan mengenai kematian, serta pengalaman setelah kematian, juga sangat bervariasi di berbagai budaya juga sistem kepercayaan. Ini adalah aspek penting dari keragaman manusia, dan kepercayaan agama.
Bagi mereka yang telah mampu mempersiapkan diri dengan baik, dalam menghadapi kematiannya, akan merasa lebih siap, serta tenang dalam menghadapinya, dibandingkan, mereka yang belum mempersiapkan diri. Bagi mereka, kematian akan menjadi suatu proses lebih mudah, serta lebih damai, karena telah mampu memahami, bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan dalam kematian itu sendiri. Mereka percaya, bahwa yang perlu ditakuti adalah kelahiran kembali, karena kehidupan selanjutnya, akan ditentukan oleh pikiran pada waktu kematian.
Ante Mati Sa Gatih
Istilah “Ante mati sa gatih” memiliki makna penting dalam konteks ini yaitu, apa pun yang dipikirkan seseorang pada saat kematian, akan mempengaruhi kelahiran berikutnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki kesadaran spiritual, juga mengingat Tuhan secara teratur sepanjang hidup, agar pada saat kematian mampu untuk mengingat Tuhan dengan baik. Banyak ajaran agama, serta filosofi mengajarkan, bahwa ibadah terbesar adalah, dengan mengingat nama Tuhan secara sederhana, para sufi juga mengikuti praktik serupa.
Namun, penting untuk diingat, bahwa mengingat Tuhan pada saat kematian tidaklah mudah. Hal ini membutuhkan latihan spiritual secara berkelanjutan, serta dedikasi. Tidak semua orang mampu mencapai tingkat kesadaran ini pada saat kematian, tetapi upaya untuk meningkatkan kesadaran spiritual selama hidup, adalah langkah yang sangat berharga. Dengan demikian, upaya untuk menyerahkan diri kepada Tuhan, serta mengingat-Nya sepanjang hidup, mampu membantu untuk menghadapi kematian, dengan lebih tenang, serta damai.
1. Wanita Tua Dan Tikus
Ada cerita mengenai seorang wanita tua, yang benar-benar shaleh. Dia beribadah kepada Tuhan secara teratur, setiap hari selama beberapa jam. Ketika menjelang akhir hidupnya, wanita tua itu menjadi buta, serta harus meraba-raba dari satu tempat ke tempat lain, namun hal ini membuat ibadahnya menjadi lebih sempurna, karena dia kehilangan sebagian besar gangguan dari dunia luar, melalui penglihatannya.
Wanita tua tersebut murni vegetarian, juga makannya sangat sedikit. Suatu hari ketika dia sedang menyiapkan makanan, secara tidak sengaja ia menginjak seekor bayi tikus, tentu saja karena ia tidak bisa melihatnya. Bayi tikus itu mati sambil memekik, wanita tua berhati lembut itu langsung berpikir,
“Apa yang terjadi?”
“Apakah aku telah membunuh sesuatu!” Dan dengan pemikiran ini, mendadak ia juga meninggal.
Nah, “Ante Mati Sa Gatih.” Pikiran terakhir pada saat kematian adalah mengenai tikus, jadi dia harus terlahir kembali sebagai tikus. Kemudian, karena pertarungan abadi untuk bisa mendapatkan makanan, keserakahan, juga kemarahan kembali padanya (sifat tikus), maka dia kembali ke tingkat bawah melalui samsara.
Jadi, keterikatan sekecil apapun bisa merugikan. Sebaliknya, keterikatan sekecil apapun kepada Tuhan mampu menyelamatkan. Hal ini terjadi pada kisah Ajamila, ceritanya seperti ini.
Ajamila Dan Utusan Neraka
Ada seorang pria bernama Ajamila, yang telah melakukan banyak karma buruk dalam hidupnya. Ketika terbaring sekarat, dia tidak bisa mengingat apapun kecuali nama putranya, Narayana. Sedangkan Narayana adalah nama Dewa Wisnu, Pemelihara Alam Semesta. Dan di saat kematiannya, nama Narayana pun terucap di bibir Ajamila karena teringat dengan anaknya.
Dua utusan neraka datang untuk menyeret jiwanya ke neraka, agar dia bisa menebus sebagian karmanya. Namun, muncul Dewa menghentikan mereka serta berkata,
“Beraninya kamu mencoba membawa orang ini pergi? Tidakkah kamu tahu dia mati dengan nama itu?” ‘Narayana’ di bibirnya?”
Kedua utusan neraka itu tertawa dan berkata,
“Oh tentu, dia memanggil putranya, Apakah itu pengabdian?”
Faktanya, dia teringat pada Narayana, yang ada dalam diri setiap manusia. Dia akan ikut bersamaku, kata dewa, dan Ajamila pun masuk surga. Tentu saja hal ini bisa saja terjadi, karena dia, pasti telah melakukan banyak penebusan dosa pada kelahiran-kelahiran sebelumnya, untuk mendapatkan kesempatan seperti itu, namun itu menunjukkan kekuatan nama Tuhan.
Cerita diatas juga menggarisbawahi pentingnya pemahaman, bahwa Tuhan hadir dalam diri setiap manusia, bila mencari-Nya dengan tulus, maka akan mampu membuka jalan menuju penebusan, serta pembebasan dari siklus reinkarnasi. Ini adalah pesan penting dalam spiritualitas Hindu, bahwa kesadaran akan Tuhan mampu mengubah takdir seseorang, bahkan di saat kematian.
Yogi Dan Akhir Hidupnya
Cerita ini menggambarkan seorang Yogi, yang telah mencapai tingkat pemahaman mendalam mengenai kematian, dan kesadaran spiritual. Dia memiliki kemampuan untuk meramalkan kematiannya sendiri, sekitar enam bulan sebelumnya, karena prana (energi vital) mulai meninggalkan tubuhnya. Ini memungkinkannya untuk memilih waktu, serta cara meninggalkan tubuh dengan bijak.
Yogi tersebut memutuskan untuk mengundang semua “anak-anaknya” untuk menerima berkat terakhirnya sebelum meninggalkan dunia ini. Ini adalah tindakan kasih sayang, juga pengabdian luar biasa, di mana dia berbagi kebijaksanaan, serta cinta spiritualnya kepada mereka sebelum pergi. Setelah memberikan selamat tinggal kepada setiap orang, dia memilih untuk mengakhiri hidupnya dalam meditasi dengan postur teratai.
Cara dia meninggalkan dunia ini dengan suara letupan keras, juga semburan darah dari ubun-ubunnya adalah gambaran yang kuat dari pembebasan spiritualnya. Dia telah membebaskan dirinya dari siklus kelahiran dan kematian (samsara) dan mencapai pencerahan.
Kutipan mengenai menangis saat lahir, dan tertawa saat meninggal adalah refleksi dari cara Yogi tersebut menjalani hidupnya dengan bijak, juga memiliki dampak mendalam pada dunia sekitarnya. Ini adalah pengingat akan pentingnya hidup dengan bijaksana, penuh cinta, serta dengan kesadaran spiritual, sehingga kita mampu meninggalkan dunia ini dengan damai, serta penuh kebahagiaan.
Kondisi Roh Setelah Kematian
Namun sangat jarang orang mampu meninggal dalam keadaan sadar seperti dilakukan seorang Yogi. Bila saja orang mampu mengetahui apa yang terjadi pada saat kematian, dan setelahnya, mereka tidak akan membuat banyak kesalahan.
Saat Roh meninggalkan tubuh, bukankah rohnya pasti akan melayang-layang di suatu tempat? Tentu saja itu akan terjadi. Misalkan suatu hari ketika pulang kerja, dan mengetahui bahwa tuan tanah telah mengusirnya dari apartemen yang dia tempati, atau bangunan tersebut telah diambil alih oleh pemerintah kota, lalu kemudian dibongkar. Bukankah akan berkeliaran di sekitar area tersebut, selama beberapa jam atau beberapa hari? untuk mengubah orientasi diri?
Setiap orang yang meninggal akan melayang-layang di sekitar tubuhnya, bertanya-tanya apa dilakukan selanjutnya. Orang malang yang meninggal itu ingin memberi tahu semua orang, bahwa dia masih hidup, juga mungkin mulai menjadi sangat gelisah, ketika menyadari bahwa tidak ada orang disekitarnya, mampu untuk mendengarkannya, hal ini tentu saja masuk akal.
Seperti kita mungkin juga akan merasa tersinggung, bila semua kerabat mendadak mulai bersikap, seolah-olah kita tidak ada di sana padahal jelas, bahwa ada disana. Namun, kita tidak bisa menyalahkan teman serta kerabat, karena gagal menanggapi panggilan almarhum. Hanya segelintir Manusia, yang memiliki persepsi sangat halus, mampu melihat, atau mendengarkan orang mati.
Ketika orang hidup tidak lagi mampu melihat, atau mendengar individu yang telah meninggal, sering disebabkan oleh perbedaan dalam dimensi, atau realitas berbeda antara dunia fisik juga dunia setelah kematian. Ini adalah bagian dari berbagai pandangan, mengenai apa yang terjadi setelah kematian.
Dalam banyak kepercayaan spiritual dan agama, orang meninggal dihormati serta diingat dengan harapan, bahwa mereka akan menemukan kedamaian, serta pencerahan di sisi lain. Bagi banyak orang, menjalani proses berkabung, adalah cara untuk menghormati, serta mengenang orang meninggal.
Keyakinan dalam keberlanjutan roh, atau kesadaran setelah kematian, mampu memberikan penghiburan bagi mereka yang ditinggalkan, serta membantu mereka merasa terhubung, dengan orang meninggal dalam cara lebih berarti.
Kesimpulan
Dalam diskusi mengenai kematian, proses setelahnya, dan pemahaman spiritual, kita bisa menarik beberapa kesimpulan penting.
Kematian adalah bagian alamiah dari kehidupan, tetapi seringkali dianggap sebagai momen, penuh ketidakpastian juga misteri. Beberapa pandangan meyakini bahwa kesadaran, atau roh individu, bisa tetap ada setelahnya, dan ini bisa mempengaruhi pengalaman setelah kematian. Pemahaman serta persiapan rohani selama hidup, bisa membantu seseorang menghadapinya dengan lebih tenang, juga berdamai.
Praktik seperti meditasi, pengabdian kepada Tuhan, juga pemahaman akan konsep karma, mampu membantu mempersiapkan individu. Sedangkan tradisi pemakaman, serta praktik seperti kremasi, bisa berperan dalam membantu roh, untuk melepaskan ikatan dengan tubuh fisik. Namun, kembali kepada pandangan mengenai kematian, serta apa yang terjadi setelahnya, sangat bervariasi di seluruh budaya, juga sistem kepercayaan, ini adalah refleksi dari keragaman manusia, dalam memahami makna hidup serta kematian.
Dalam berbagai pandangan serta keyakinan, satu hal yang sering muncul adalah, pentingnya penghormatan, kasih sayang, serta persiapan rohani untuk menghadapi kematian, dengan penuh kesadaran juga damai.