Salah satu praktik penting dalam Hinduisme adalah meraih mantra siddhi, selain untuk kemajuan diri dalam spiritual, juga berguna dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan penting agar mampu menggunakan semua mantra.
Pengetahuan penting ini juga tidak lepas dari panduan guru spiritual yang kompeten, dalam praktik mantra Hindu. Guru spiritual memainkan peran kunci dalam membimbing para praktisi, dalam pemilihan dewa, mantra yang sesuai, dan mengembangkan keyakinan kuat. Guru juga membantu menjaga fokus serta kedisiplinan dalam menjalankan purascharana, yang merupakan langkah-langkah penting dalam proses meraih Mantra Siddhi, pencapaian mantra sesungguhnya.
Dengan Pengetahuan Penting serta mendalam mengenai praktik mantra, bisa dipahami betapa pentingnya konsistensi, keyakinan, serta pengorbanan, dalam perjalanan spiritual ini. Teknik-teknik purascharana serta ritual terkait dengan mantra, juga memberikan wawasan, mengenai penyucian diri juga hubungan yang erat, antara praktik spiritual, dengan elemen-elemen alam semesta.
Semoga blog ini bisa memberikan wawasan bermanfaat, bagi mereka yang tertarik dalam praktik spiritual khususnya mantra, serta menggugah pemahaman mendalam mengenai peran penting seorang guru spiritual, dalam membimbing para praktisi, menuju pencapaian kesuksesan spiritual.
Pengetahuan Penting Mengenai Peran Guru
Seorang guru spiritual, mampu memahami dengan baik mantra mana yang sebaiknya dipelajari, berdasarkan dari karakteristik individu. Sebagai contoh, bila seseorang memiliki sifat sangat lembut, sebaiknya ia tidak memulai pengulangan mantra untuk Dewi Kali atau Tara, yang memungkinkan bisa memunculkan rasa takut, serta ketidaknyamanan mendalam. Di sisi lain, bagi mereka yang rentan terhadap keserakahan, dengan memuja Dewi Laksmi, dewi kekayaan, mungkin hanya akan meningkatkan dorongan keserakahannya. Pengetahuan Penting ini memperlihatkan bahwa praktik mantra yang sukses, memerlukan panduan dari seorang guru spiritual berpengalaman. Guru tersebut akan memberikan arahan tepat berdasarkan kebutuhan individu itu sendiri, dan bukan hanya mengikuti keinginan pribadi muridnya.
Pengetahuan Penting Dewa Dan Mantra
Selain itu, wujud dewa yang dipilih, harus sesuai dengan mantra adalah kunci penting, jika tidak, akan terasa seperti upaya yang sia-sia selama bertahun-tahun. Hal ini dikarenakan banyak dewa memiliki berbagai bentuk yang berbeda. Sebagai contoh, penghayatan terhadap Krisna bisa berbeda saat Dia berwujud bayi, kanak-kanak, dan lainnya. Dewa bisa dihadirkan dalam berbagai bentuk, termasuk wujud universal yang mencerminkan kesatuan-Nya.
Tetapi perlu diingat bahwa meskipun wujud-wujud tersebut berbeda, nama dan hakikat dewa tetap sama, sehingga setiap wujud yang berbeda akan memiliki nama yang berbeda, dan seringkali, juga mantra yang berbeda. Tanpa bantuan seorang guru spiritual, akan sangat sulit untuk menentukan mana yang paling sesuai. Hanya melalui Pengetahuan Penting seta mendalam tentang karakteristik pribadi, dan sifat-sifat terkait dengan dewa, seseorang mungkin akan bisa menentukan pilihan terbaik serta cocok untuk dirinya.
Hubungan Manusia Dengan Dewa
Contohnya, mungkin dibutuhkan waktu hingga sepuluh tahun lamanya bagi seorang pria, dalam praktik mantra Anjaneya, sebab banyak pria memandang Anjaneya, sebagai seorang pahlawan yang luar biasa. Namun, akan berbeda bila dilakukan oleh wanita, hasil dalam praktik mantra Anjaneya, bisa terjadi dalam waktu singkat, bahkan hanya dalam sepuluh hari. Walaupun demikian, umumnya orang akan mengingatkan, bahwa wanita sebaiknya tidak memuja-Nya, dikarenakan Anjaneya dikenal sebagai seorang yang menjalani sumpah selibat. Jadi bagi seorang wanita untuk memujanya dalam konteks ketiadaan cinta romantis atau erotis, yang tidak memiliki relevansi dalam praktik mantra ini.
Namun, Anjaneya memiliki rasa hormat dan cinta yang khusus terhadap satu wanita yaitu Ibunya, Anjani. Oleh karena itu, bila seorang wanita ingin memuja Anjaneya dengan sikap, serta keyakinan bahwa dia adalah Anjani, sedangkan Anjaneya sebagai bayi monyet kecilnya, maka hasilnya akan datang dengan sangat cepat. Ini sungguh menakjubkan, bukan? Praktik yang serupa juga bisa terjadi, dalam penghormatan terhadap Sri Krishna dengan wujud Gopala. Meskipun pria mampu melakukannya, tetapi pria secara umum memiliki sifat yang berbeda, dan mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun, untuk menumbuhkan sifat keibuan sesungguhnya.
Merealisasikan Wujud Dewa
Untuk mencapai kesuksesan dalam praktik mantra, bukan hanya penting untuk mengetahui wujud dewa yang benar, tetapi juga untuk memiliki keyakinan yang mendalam terhadap aspek tunggal dari Ketuhanan. Namun, ada seseorang yang berusaha untuk memuja satu dewa, ketika selesai berjapa terhadap satu dewa, disambung dengan japa ke dewa yang berbeda, dengan alasan karena dewa memiliki aspek yang berbeda-beda. Pertanyaannya adalah, bagaimana mungkin dia mampu untuk mencapai kedamaian, serta hasil yang diinginkan, ketika ia menyebarkan perhatiannya diantara begitu banyak entitas, layaknya seorang pelacur yang melayani banyak pelanggan?
Namun, dia tidak sendirian, masih banyak orang yang memasang lebih dari satu dewa untuk disembah dan apapun entitas yang disukai. Ini hanyalah menandakan pikiran sedang kacau. Jika benar-benar berharap untuk mencapainya, saatnya memilih satu bentuk dan mulai memujanya, ini adalah bagian dari Niyama. Contohnya, ketika penyair besar Tulsidas bertemu dengan Sri Krishna mendatanginya, Tulsidas menyatakan,
“Bhagawan, saya mengetahui bahwa Anda hanyalah Wisnu dalam berbagai wujud, dan sebenarnya Anda sama sekali tidak berbeda dengan Sri Rama, pada hakekatnya Anda adalah diri universal. Tetapi saya lebih memilih untuk melihat Anda dalam wujud yang paling saya cintai, yaitu Raghuvira-ku, sang rama yang heroik”
Krisna tersenyum dan memenuhi permintaan Tulsidas, dengan menunjukan wujud yang dia inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan wujud dewa yang paling mendalam, dalam hati seseorang adalah bagian penting dari praktik spiritual.
Pesan yang bisa diambil dari sini adalah pentingnya fokus, serta keyakinan tulus dalam praktik spiritual, di mana kesatuan antara praktisi bersama dewa yang dipuja, merupakan kunci menuju mencapai kesuksesan.
Pengetahuan Penting Purascharana
Bahkan ketika diberi mantra yang sesuai, dengan mengetahui wujud untuk divisualisasikan, serta mematuhi prinsip-prinsip disiplin (niyama) dengan baik. Namun, keberhasilan dalam praktik mantra tidak bisa diharapkan dengan hanya dengan mengulangi mantra tanpa disiplin. Mengulangi nama Tuhan selalu merupakan praktik yang baik, oleh karena itu selalu ada manfaat dalam mengulang mantra sepanjang hari, bahkan saat makan, tidur, berhubungan intim, atau bahkan duduk di toilet. Tetapi, sebaiknya jangan berharap, bahwa ini sudah cukup untuk mencapai Mantra Siddhi yang diinginkan. Untuk mencapai Mantra Siddhi, diperlukan proses khusus, dikenal sebagai Purascharana.
Purascharana adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk meraih mantra siddhi. Ada lima bagian (anusthana) dalam sebuah purascharana, mereka adalah:
- Mantra japa (pengulangan mantra, biasanya 1000 pengulangan).
- Homa (persembahan api dengan menggunakan mantra).
- Tarpana (persembahan air dengan menggunakan mantra).
- Marjana (ritual percikan air).
- Bhojana (memberi makan untuk anak-anak).
Untuk memulai proses purascharana, spiritualis perlu menentukan berapa banyak pengulangan mantra yang bisa dilakukan dalam satu tahun, dan kemudian membagi jumlah ini secara merata setiap hari. Setelah menyelesaikan pengulangan mantra tersebut, sepuluh persen dari jumlah totalnya akan digunakan untuk persembahan Api Homa, sepuluh persen dari persembahan homa akan dipersembahkan dengan air, dikenal sebagai Tarpana, sepuluh persen dari persembahan air akan digunakan untuk memercikkan air ke tubuh dengan cara menyendoknya ke telapak tangan, dan membuangnya melalui ibu jari, dikenal sebagai marjana. Yang terakhir, sepuluh persen dari jumlah persembahan marjana akan digunakan untuk memberi makanan, biasanya diberikan kepada anak-anak disebut bhojana. Setelah semua langkah ini selesai, maka seluruh proses purascharana dianggap selesai.
Purascharana Dan Kali Yuga
Dalam zaman Kali Yuga, ada pandangan bahwa cukup dengan menjalankan tiga purascharana dengan benar. Maka seseorang akan mampu untuk mencapai hasil dalam praktik mantra. Meskipun dalam praktik sebenarnya, bila seseorang benar-benar mengharapkan Dewa. Beliau bisa datang dalam waktu tiga hari, tiga jam, atau bahkan dalam hitungan menit. Namun, pada saat ini, karena pengaruh Maya atau ilusi dunia material, sangat kuat, sehingga hanya sedikit orang dianggap mampu, untuk menjalankan satu purascharana dengan benar.
Pada zaman Kali Yuga yang merupakan zaman penuh dengan kesulitan, satu tahun dianggap sebagai waktu yang cukup lama, untuk mengikuti disiplin spiritual ketat. Oleh karena itu, dengan kebijaksanaan Ilahi, cara lebih mudah telah ditetapkan untuk menjalani purascharana. Pengetahuan penting menurut metode ini, purascharana dibagi menjadi tiga tahap yang disebut anushthana. Setiap anushthana melibatkan jumlah japa, merupakan minimum jumlah dibutuhkan untuk menyempurnakan mantra tersebut. Sebelum seseorang melanjutkan ke tahap purascharana sepenuhnya, langkah pertama adalah berhasil menyelesaikan anushthana ini.
Menyempurnakan mantra berarti membersihkan mantra itu sendiri, juga membersihkan diri kita, sehingga mantra bisa memberikan pengaruhnya tanpa ada hambatan atau gangguan. Dengan menyempurnakan mantra, energi spiritual (Shakti) menjadi tersedia bagi kita sewaktu-waktu. Jumlah japa diperlukan untuk menyempurnakan sebuah mantra, bisa berbeda-beda tergantung pada jenis mantra tersebut. Tetapi seringkali mencapai seratus ribu pengulangan atau bahkan lebih. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengikuti jumlah pengulangan mantra, agar bisa mencapai anushthana (tahap penyucian) dengan benar.
Ini mencerminkan tantangan besar dalam menjalani praktik spiritual pada zaman Kali Yuga. Dimana banyak gangguan, serta godaan yang kuat bisa menghalangi keselarasan serta fokus spiritual. Namun, dengan dedikasi juga disiplin tepat, kesuksesan dalam praktik mantra tetap bisa diraih.
Pengetahuan Penting Purascharana Dan Lima Elemen
Setiap tahap purascharana atau anusthana terkait dengan salah satu elemen. Ini adalah Pengetahuan Penting bila ingin maju dalam praktek mantra siddhi. Sebagai contoh, praktik Japa (pengulangan mantra) digunakan untuk membersihkan unsur udara dan eter dalam diri. Sementara ritual Homa (persembahan api dengan mantra) terkait dengan unsur api. Tarpana (persembahan air dengan mantra) berkaitan dengan unsur air, dan Marjana (ritual percikan air) terkait dengan unsur tanah. Sedangkan Bhojana (memberi makanan anak-anak), adalah persembahan terakhir kepada dewa yang dipuja serta diberikan kepada manusia.
Dengan pemahaman ini, seorang spiritualis akan mampu untuk menguasai mantra apapun, dengan cara yang benar. Inilah esensi dari praktik Bhuta Shuddhi, di mana lima elemen besar yang membentuk alam semesta, dibersihkan serta dimurnikan. Ini merupakan prinsip inti dalam Tantra.
Kesimpulan
Dalam Hinduisme, terdapat berbagai dewa yang bisa dipuja, tetapi tidak semua dewa harus disembah oleh setiap individu. Pengetahuan Penting untuk memiliki seorang guru spiritual. Mereka memberikan panduan mengenai mantra untuk dipelajari, serta dewa untuk disembah, yang sesuai dengan sifat individu. Guru spiritual juga membantu memastikan keyakinan kuat pada satu aspek Ketuhanan, hal ini diperlukan untuk mencapai kesuksesan dalam praktik mantra.
Pada bagian berikutnya, penekanan diberikan pada pentingnya disiplin, konsistensi, juga ritual purascharana dalam praktik mantra. Purascharana melibatkan beberapa tahap, seperti mantra Japa (pengulangan mantra), Homa (persembahan api dengan mantra), Tarpana (persembahan air dengan mantra), Marjana (ritual percikan air), dan Bhojana (memberi makan kepada anak-anak). Ini adalah bagian penting dalam menyucikan diri, juga mencapai Mantra Siddhi, atau pencapaian kekuatan mantra yang diinginkan.
Selain itu, dalam era Kali Yuga (zaman yang dianggap penuh dengan kegelapan dan kebingungan). Disebutkan bahwa, seseorang mungkin hanya memerlukan tiga purascharana, untuk mencapai efek mantra sepenuhnya. Meskipun ada cara lebih mudah untuk melakukannya, tetapi masih juga memerlukan disiplin serta dedikasi.
Dalam keseluruhan, pesan utamanya adalah, pentingnya memiliki guru spiritual untuk membimbing praktek mantra, disiplin, dan penyucian diri. Sebagai bagian dari upaya mencapai kesuksesan, dalam praktik mantra Siddhi.