Agar suskses dalam meraih mantra siddhi, prinsip lima S adalah bagian tidak bisa dipisahkan dalam prosesnya. Kelima “S” (Sthana, Samaya, Sankhya, Samagri, dan Samyama), merupakan prinsip-prinsip penting dalam praktik japa mantra. Mereka menggarisbawahi pentingnya disiplin, konsentrasi, serta pengendalian diri dalam pembelajarannya.
Prinsip lima S, dalam mempelajari mantra, dimana dalam sebuah kekuatan besar dibutuhkan tanggung jawab besar itulah mantra siddhi, kekutan yang tidak bisa dibayangkan oleh manusia ini diperoleh dengan cara, mungkin bagi sebagian orang dianggap sangat mustahil untuk diraih. Mantra siddhi memang tidak diperuntukkan bagi mereka yang malas, lamban dan bodoh atau disebut Tamas.
Dalam penjelasan menyeluruh serta pengetahuan berharga, blog ini akan menguraikan prinsip lima S, terdiri dari Sthana, Samaya, Sankhya, Samagri, dan Samyama – memainkan peran penting dalam mencapai hasil yang diinginkan selama proses praktik mantra. Ditulisan sebelumnya (Mantra Siddhi, Memahami Dasar Keberadaan Keilahian) juga akan membahas berbagai aspek praktik mantra, termasuk pemilihan mantra, tata cara, dan mengikuti persyaratan kedisiplinan dalam prosesnya.
Selamat datang kembali dalam perjalanan pengetahuan, serta pemahaman spiritual menyeluruh. Melalui tulisan blog ini, kita akan menjelajahi konsep-konsep esensial dalam praktik spiritual, dengan fokus khusus pada praktik japa mantra, serta prinsip-prinsip pendukungnya. Praktik spiritual adalah perjalanan pribadi, dimana menginspirasi banyak orang untuk mencari kedamaian, makna, serta kedekatan dengan hal yang luhur. Semoga blog ini membantu pembaca dalam perjalanan spiritualnya, dan mengembalikan ingatan pada jalan yang pernah ditempuh sebelumnya, mengenai diri serta alam semesta.
Selamat membaca dan semoga pengetahuan ini membawa manfaat bagi pembaca.
Prinsip Lima S
Baik Anusthana maupun Purascharana, mengikuti apa yang dalam bahasa Sansekerta disebut sebagai prinsip Lima S: Sthana, Samaya, Sankhya, Samagri, dan Samyama. Dengan mengetahui aturan-aturan ini, tujuan utamanya adalah, untuk mencapai bentuk dewa termanifestasi, yaitu dewa yang hadir dalam realitas nyata. Mari kita terjemahkan kata-kata ini:
- Sthana: Tempat atau lokasi ritual.
- Samaya: Waktu atau jadwal yang ditentukan untuk pelaksanaan ritual.
- Sankhya: Hitungan atau jumlah pengulangan mantra yang diperlukan.
- Samagri: Bahan-bahan atau perlengkapan ritual yang diperlukan.
- Samyama: Disiplin dan kendali batin yang diperlukan selama pelaksanaan ritual.
1. Sthana (lokasi)
Pertama-tama, Sadaka harus tinggal di satu lokasi selama masa pengulangan mantra dan tidak sedang melakukan perjalanan. Selain itu, harus duduk di tempat yang sama setiap hari, menghadap ke arah yang sama, dan jika memungkinkan, duduk dalam posisi yang sama.
2. Samaya (waktu)
Tetapkan batas waktu untuk rencana pengulangan mantra, misalnya, sebelas hari atau empat puluh hari, atau durasi lain yang dipilih, dan patuhi batas waktu tersebut. Selain itu, juga harus duduk untuk bermeditasi pada waktu yang sama setiap hari. Sedikit variasi dalam waktu, misalnya lima menit di sana-sini, masih bisa diterima, tetapi tidak lebih dari itu. Bila melewatkan waktu yang telah ditetapkan, maka pengulangan mantra yang dilakukan pada hari itu, tidak bisa dihitung dalam total keseluruhan.
3. Sankhya (angka)
Ketika memulai mantra siddhi, seorang sadaka harus menentukan jumlah pengulangan mantra, yang akan dilakukan, lalu membagi angka tersebut dengan jumlah hari yang dipilih untuk menentukan berapa banyak jumlah japa mantra setiap harinya. Penting untuk tidak bervariasi secara signifikan dari jumlah minimum yang telah ditentukan setiap hari. Misalnya, bila telah merencanakan untuk mengulang seribu mantra sehari, maka sebaiknya tetap pada jumlah ini setiap hari. Tidak dianjurkan untuk hanya melakukan beberapa ratus, mantra di suatu hari dan berharap untuk mengejar ketertinggalan dengan melakukan lebih banyak di hari berikutnya. Seorang Sadaka harus konsisten dalam Prinsip Lima S dengan menjalankan jumlah minimumnya. Ini merupakan bagian dari disiplin spiritual, yang diperlukan dalam praktik mantra.
4. Samagri (bahan persembahan untuk beribadah)
Bahan-bahan untuk persembahan ini harus sama setiap hari, dan tidak boleh diganti (disesuaikan dengan kebiasan adat setempat)
5. Samyama (Kedisiplinan)
Dalam konteks ini, samyama merujuk pada kendali penuh atas organ seksual, yang berarti menjalani masa pantang. Selain itu, bagi seorang wanita tidak diizinkan untuk terlibat dalam pengulangan mantra, saat sedang mengalami menstruasi. Selama periode ini, dia bahkan tidak boleh duduk di tempat biasanya untuk berjapa. Dia juga harus berhati-hati dalam memvisualisasikan mantra dengan seksama, karena hal itu dapat mengganggu keseimbangan Prana dan Apana di dalam tubuhnya. Menstruasi dianggap sebagai waktu di mana tubuh membersihkan dirinya sendiri, dan setelah selesai, seorang wanita bisa melanjutkan rutinitas spiritualnya seperti biasa.
Fokus Dalam Ritual
Hanya bila Prinsip Lima S ini dipatuhi dengan tegas, maka hasil yang diinginkan, akan bisa dicapai dalam praktik ini. Seorang sadhaka, atau praktisi spiritual, harus benar-benar fokus pada apa yang dia lakukan saat melakukan japa mantra. Tidak boleh ada gangguan pikiran, seperti merasa khawatir tentang hal-hal sehari-hari, seperti pekerjaan atau makan malam. Semua perhatian harus diarahkan ke dalam diri, yaitu pada praktik japa mantra itu sendiri.
Selain itu, sangat penting untuk mengendalikan segala emosi selama praktik japa mantra. Karena saat melakukan japa mantra, pikiran sedang mendekati Tuhan, dan bila membiarkan emosi negatif seperti kemarahan menguasai, itu akan mengganggu hubungan spiritual, serta menghilangkan manfaat dari praktek tersebut. Oleh karena itu, menjaga kendali emosi adalah kunci dalam praktik ini.
Mungkin ada pembatasan tambahan yang perlu diperhatikan, seperti diet khusus. Dalam praktik ini, disarankan untuk tidak melakukan japa selama dua jam setelah makan yang berat. Selama periode ini, bahkan sebaiknya tidak membahas topik seperti mantra, astrologi, atau hal-hal terkait lainnya. Mengapa? Karena pikiran hanya bisa benar-benar berkonsentrasi pada satu hal pada satu waktu, dan setelah makan berat, fokus alami adalah mencerna makanan yang ada didalam perut. Oleh karena itu, sebaiknya memberi cukup waktu bagi pencernaan sebelum mulai melakukan praktik japa mantra, atau membahas hal-hal terkait spiritual.
Dan sebaiknya menunggu minimal satu jam setelah makan buah, dan setidaknya setengah jam setelah minum susu, atau jus sebelum memulai praktik japa mantra. Bahkan setelah minum air, harus menunggu selama lima belas menit atau lebih. Pembatasan ini berlaku karena pikiran diperlukan untuk mencerna makanan yang telah dikonsumsi. Namun, ketika sudah tidak memerlukan pikiran untuk proses pencernaan, pembatasan ini tidak berlaku lagi. Tetapi tentu saja, harus berada dalam kondisi hidup untuk bisa mengikuti praktik ini sepenuhnya.
Kesimpulan
Prinsip lima S (sthana, Samaya, Sankhya, Samagri, dan Samyama) adalah prinsip-prinsip penting dalam praktik spiritual, terutama dalam praktik japa mantra. Mereka menggarisbawahi pentingnya disiplin, konsentrasi, dan pengendalian diri dalam perjalanan spiritual. Kesimpulannya adalah bahwa dengan mematuhi kelima prinsip ini dengan tekun, seseorang bisa mencapai hasil yang diinginkan dalam praktik spiritualnya, serta mencapai kedekatan dengan Tuhan atau kualitas spiritual lebih tinggi. Dengan menjaga kendali diri, menjaga fokus, dan menjalani prinsip-prinsip ini dengan ketat, praktik japa atau meditasi mantra dapat menjadi sarana efektif untuk pertumbuhan spiritual.
Dalam eksplorasi menyeluruh mengenai praktik japa mantra, serta konsep-konsep spiritual yang mendukungnya. Blog ini membawa pembaca ke dalam dunia pengetahuan mendalam, serta prinsip-prinsip mendasari pencapaian hasil, yang diinginkan dalam praktik mantra. Dengan penjelasan rinci, dan memahami pentingnya Prinsip Lima S – Sthan, Samaya, Sankhya, Samagri, dan Samyama – dalam perjalanan spiritual tersebut. Blog ini bisa menjadi panduan berharga bagi para pencari spiritual, praktisi, serta siapa pun yang ingin mendalami praktik japa mantra. Mengejar pemahaman lebih dalam tentang diri dan alam semesta.