Tulisan “Karma Dalam Proses Emanasi dan Kesatuan” mengajak kita untuk menjelajahi dimensi spiritualitas dan filosofi. Melibatkan pemahaman mengenai karma, identifikasi diri, serta pembebasan dari pusaran kelahiran kembali.
Karma Sebagai Proses Emanasi dan Kesatuan, Penulis akan menguraikan konsep-konsep kompleks seperti Hukum Karma, Rna Bandhana, dan peran ego dalam penciptaan karma. Dengan menggunakan analogi sehari-hari serta perbandingan ilmiah, teks ini membimbing pembaca melalui pemahaman mendalam mengenai bagaimana tindakan masa lalu, mampu membentuk ikatan karma, memengaruhi kehidupan sekarang.
Teks ini tidak hanya mengajak pembaca, merenung merenung pada konsep-konsep filosofis, tetapi juga memberikan arahan praktis mengenai bagaimana memahami, mengelola, dan bahkan membebaskan diri dari karma. Karma Sebagai Proses Emanasi dan Kesatuan. Pembebasan tersebut tidak hanya dilihat sebagai tujuan spiritual, tetapi juga sebagai langkah-langkah konkrit dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga tulisan ini memberikan pencerahan bagi pembaca, yang tengah menjalani perjalanan pencarian diri serta makna hidup. Mari kita bersama-sama merenungi makna dari setiap tindakan kita, mengenali jeratan karma, juga cara menuju pembebasan, tentunya akan membawa kita lebih dekat kepada kesadaran tertinggi.
Semoga tulisan ini mampu memberikan inspirasi ,serta pemahaman mendalam bagi setiap pembaca, yang berkenan menjelajahi blog ini.
Karma Sebagai Proses Emanasi dan Kesatuan
Sebenarnya apa tujuan kita semua dilahirkan?
Yaitu, agar mengenali diri sendiri, dan menyadari bahwa diri bukanlah tubuh atau pikiran, melainkan Jiwa Abadi berasal dari Kesatuan Tertinggi, disebut sebagai Atma, Paramapurusha, Brahman, atau apa pun yang kita disukai untuk disebutkan.
Namun, bagaimana seseorang bisa dilahirkan ke dunia, dan apa yang membuatnya untuk dilahirkan?
Ada yang mengatakan bahwa “karma” adalah akar dari segala sesuatu, tapi ketika ditanya asal usul karma, mereka mengatakan bahwa karma itu abadi.
Tapi bagaimana mungkin? bila karma itu memang abadi, akan mustahil bagi manusia mampu lepas dari jeratannya?
Sebenarnya Hukum Karma, tidak lain adalah Hukum Gerak Newton, Setiap tindakan menyebabkan reaksi sama, tetapi berlawanan. Tidak ada perbedaan mendasar antara aksi, dan reaksi, karena hubungan keduanya sedemikian rupa, sehingga bila sesuatu terjadi, yang lain harus mengikuti, ini adalah hukum sebab, dan akibat yang sederhana.
Sebab adalah Akibat yang tersembunyi, sedangkan Akibat adalah Sebab yang terungkap. Ketika kita mengenal yang satu, maka kita juga akan mengenal yang lain. Bila kita mengetahui potensi melekat di dalam benih karma, maka kita bisa memperkirakan jenis pohon apa, yang bakal dihasilkannya. Seperti bila mengetahui telurnya; maka kita juga akan mengetahui jenis burungnya.
Bila aksi dan reaksi tidak akan pernah ada habisnya. Bagaimana mungkin ada orang berharap mampu keluar dari pusaran kehidupan? Bagaimana kita bisa berharap untuk mewujudkan nya pada diri sendiri? Pasti semua itu ada jalan keluarnya, agar bisa keluar dari cengkraman karma, dan ternyata memang ada.
Hubungan Karma Dan Ikatan Hutang
Tuhan tidaklah kejam atau tidak adil terhadap manusia, dan kita sebagai manusia memproyeksikan keterbatasan ini kepada-Nya. Agar bisa keluar dari cengkeraman karma, pertama-tama kita harus menyadari, bahwa semua karma disebabkan oleh Rna (hutang). Karma bisa terwujud di antara dua individu, dengan kondisi harus sudah ada jeratan hutang di antara mereka.
Jeratan hutang karma disebut dengan Rna Bandhana, diambil dari bahasa Sansekerta Rna berarti “hutang” dan Anubandhana “ikatan”. Contohnya, bila seseorang menggambil sesuatu dari Anda pada masa hidup ini, maka kesempatan menggambil tersebut hanya bisa muncul, bila ada hutang antaranya.
Hal ini akan sama, bila kita tidak ada hubungan atau sesuatu yang mengikat, maka saya tidak akan bisa menemukan rumah Anda, atau tidak akan bisa menemukan apa yang menjadi tujuan, meskipun saya ingin menggambilnya. Namun, bila saya menerima barang yang saya inginkan atas kemauan Anda sendiri sebagai hadiah, maka kemungkinan besar, Anda pernah menggambil dari saya di kehidupan sebelumnya. Tindakan Anda di kehidupan sebelumnya, juga akan menciptakan sikap serupa dalam diri saya. Tentu saja ini adalah contoh yang sangat disederhanakan, tetapi kita bisa mendapatkan ide darinya untuk memhaminya.
Akan tetapi, pencurian yang saya lakukan kepada Anda bukanlah sebuah karma, dan itu akan segera berubah menjadi karma, hanya ketika saya mulai mengidentifikasikan diri sebagai seorang pencuri.
Selama tidak mengidentifikasi diri dengan pencurian, itu bukanlah karma bagi saya. Ini mungkin tindakan tidak bijaksana yang bisa melukai perasaan Anda, sehingga mungkin membuat saya harus dipenjara, atau mungkin akan memukuli serta membunuh sebagai balasannya – tetapi ini tetap bukan karma.
Ini hanyalah masa lalu yang sedang menunggu jalan keluarnya. Mengidentifikasi diri dengan tindakan, akan mengubahnya menjadi karma dengan mengikat ego lebih erat, pada kepribadian yang terbatas, dan bersifat sementara.
Contohnya: ketika saya memberi cek senilai Rp 10 juta dan tidak menandatanganinya, maka cek tersebut tidak ada nilainya, meskipun saya telah menulisnya, dan memberikannya kepada Anda. Namun begitu saya menandatanganinya, maka Anda baru bisa membawanya ke bank untuk mengambilnya, dengan syarat ada uang sejumlah itu di rekening bank.
Ingat, bahwa hanya ego yang mampu, serta mempunyai kekuatan untuk mengidentifikasi diri. Ego akan terus-menerus mengidentifikasi diri dengan tubuh serta kepribadian. Berkat ego kita semua bisa tetap bertahan hidup, karena setelah ego berhenti mengidentifikasi diri dengan tubuh, seseorang akan mati.
Sayangnya, ego tidak hanya akan mengidentifikasi diri dengan tubuh, namun juga mengidentifikasi diri dengan semua tindakan yang telah dilakukan oleh tubuh. Ego berusaha melindungi dirinya sendiri, dengan mencegah pelunasan hutang karma yang telah jatuh tempo. Dengan demikian, maka karma baru akan kembali tercipta.
Misalkan, ketika saya mengetahui punya Rna Bandhana bersama Anda. Bila bijaksana, maka saya akan memastikan utangnya akan terlunasi; itu berarti akan berkurang satu ikatan dengan dunia, dan akan membawa saya lebih dekat ke tujuan untuk realisasi diri.
Orang-orang akan senang apabila uang yang dipinjamkan bisa dikembalikan. Namun, biasanya akan berusaha menghindar, ketika sudah waktunya membayar hutang tersebut, dan hasilnya adalah karma.
Metode Menghapus Karma
Karma Sebagai Proses Emanasi dan Kesatuan. Bagi orang yang sangat ingin mengakhiri siklus kelahiran, dan kematian, akan mengijinkan semua orang yang memiliki Rna Bandhana denganya, Untuk mengambil apapun yang sudah menjadi haknya. Mungkin ditakdirkan untuk membuat sebuah kehidupan orang tersebut menjadi sengsara, atau bahkan membuatnya jatuh miskin.
Namun, mereka tidak bisa mengambil lebih dari nilai hutang dari karma tersebut, dan apabila menolak dengan cara apapun, bahkan secara mental, maka karma baru saja dimulai. Demikian pula bila saya harus mengambil dari seseorang, maka hanya mengambil apa yang telah menjadi hak saya, tidak lebih dan tidak kurang.
Sekarang, kita bisa mendapat keuntungan dengan memahami cara kerja Rna Bandhana. Meskipun mungkin kita sendiri tidak mengetahui, kepada siapa kita telah berhutang atau siapa yang telah berhutang, bisa memanfaatkan sikap ini dengan baik.
Dengan semakin merencanakan, dan berusaha untuk mengambil milik orang lain, maka hal itu akan membuat semakin erat, mengikat diri dengan karma. sedangkan semakin ikhlas memberi dan menerima, maka semakin banyak pula Rna Bandhana yang terhapuskan, dan semakin dekat untuk mencapai realisasi diri.
Inilah sebabnya, bahwa hidup ini hanyalah kenangan. Sebuah kenangan akan semua Rna Bandhana kelahiran, yang tak terhitung lagi jumlahnya. Memori ini disimpan dalam tubuh kausal (halus), yang darinya Rna Bandhana akan memproyeksikan pemenuhannya pada saat yang tepat. Bila kita telah banyak berkorban pada kelahiran sebelumnya, maka akan banyak orang yang akan bertindak sebagai pembayar pada kelahiran ini, dan tentunya akan memiliki “kenangan manis”. Bila dimasa lalu senang menggambil milik orang lain dengan paksa, maka mereka akan mengambil kembali dengan kejam kali ini, dan hidupnya hanya akan dipenuhi dengan “kenangan pahit”.
Namun, bagaimanapun cara kita melihatnya, hidup hanyalah sebuah kenangan, baik pahit maupun manis. Dan ingatlah bahwa kenangan manis, juga bisa membawa ke dalam masalah karma. Misalkan seseorang berhutang uang, dan karena masalah hutang tersebut dia sampai dibunuh, dibandingkan memberikan kesempatan untuk membayar hutangnya.
Saat Kita bertindak untuk melindungi, apa yang dirasakan sebagai kepentingan pribadi atau ego, karma akan melekat pada diri seperti lumpur.
Memahami Asal Mula Rna Bandhana Dalam Karma
Tetapi, bagaimana semua Rna Bandhana ini dimulai? Bagaimana mungkin tidak ada hutang pertama, yang mengawali semuanya?
Rna pertama, atau sumbernya hutang ini terjadi ketika Shakti memancar dari Siwa. Setelah beremanasi, Dia mulai menyadari harus segera kembali, untuk menyatu dengan-Nya. Dia berhutang keberadaannya kepada-Nya, dan oleh karena itu Shakti merasa tidak lengkap tanpa Siwa, Dia mendambakan penyatuan kembali. Sedangkan Periode antara emanasi dan penyatuannya, adalah waktu terjadinya karma.
Ketika penyatuan selesai, maka tidak akan ada karma; tidak ada individualitas dibiarkan untuk mengidentifikasi diri kembali. Tugas Shakti adalah mengganggu, mendorong, membangunkan Siwa-Nya. Setelah Shakti memancar, Shiva menjadi diam. Shakti akan menghasut-Nya untuk bergerak, sehingga Mereka bisa menari bersama, dan dengan tarian tersebut mereka bisa menciptakan permainan eksistensi.
Shakti memberikan energi untuk tarian kosmis agung, sedangkan Siwa memberikan kontrol dan ritme. Inilah arti dari gambar di mana kita melihat Kali menari di atas tubuh Siwa, Shakti sedang mencoba membangunkanNya dari samadhi, sehingga bisa ikut menari bersamanya.
Lihatlah atom. Proton itu seperti Siwa; mereka tetap berada di pusat, menarik elektron ke dirinya sendiri secara pasif. Elektron, adalah bentuk Shakti, berputar tanpa henti di sekitar inti atom, berusaha mati-matian untuk bersatu kembali dengan proton. Shakti bersifat dinamis, karena yang memancar dengan bergerak keluar, dan kemudian mencoba mundur, seperti proton. Sedangkan Neutron mewakili apa yang terjadi ketika Siwa, dan Shakti bersatu kembali. Semua dualitas seperti polaritas, dan muatan telah selesai; maka manifestasinya akan larut. Inilah sebabnya Realitas Absolut tidak mempunyai gender atau atribut.
Semua atribut sudah terkandung di dalamnya, bila tidak, bagaimana atribut tersebut bisa terwujud? Namun, dalam keadaan absolut mereka hanya berada dalam bentuk potensial. Ketika sebuah neutron terpecah membentuk proton dan elektron, maka manifestasinya dimulai lagi: Dualitas tercipta dari kesatuan. Jika seorang fisikawan ditanya mengapa hal ini terjadi, dia hanya bisa menjawab bahwa sudah menjadi sifat alami materi untuk bermanifestasi, dan larut kembali seperti ini. Dan Weda mengatakan hal yang sama, bahwa sudah menjadi sifat alam semesta untuk mewujudkan, dan larut kembali secara berkala.
Karma Mengubah Bentuk Menjadi Absolut
Tapi mengapa atom? Pertimbangkan kehidupan manusia. Kelahiran serta kematian, kematian juga kelahiran: dua sisi mata uang yang sama. Kita tidak bisa memiliki satu tanpa lainnya. Bila mengetahui kelahiran, maka kita akan mengetahui kematian, juga sebaliknya.
Kelahiran datang lebih dulu, karena Shakti mulai memancar dari Kesatuan Realitas Tak Termanifestasi. Ketika Shakti kembali ke pengontrolnya yaitu Dewa Siwa, maka disitulah kematian. Kelahiran serta kematian hanya terjadi selama tubuh kausal (halus) masih ada. Serta terdapat cukup karma, melalui egonya yang telah mengidentifikasi dirinya, menciptakan daya dorong bagi terjadinya kelahiran, serta cukup untuk menciptakan situasi-situasi dimana karma-karmanya bisa bekerja.
Semua karma yang tersimpan dalam tubuh kausal (halus) harus dibakar habis, sebelum seseorang memperoleh pembebasan dari kelahiran kembali. Namun sangat jarang bagi tubuh untuk mampu membakarnya, hanya sedikit orang mampu melakukannya, karena membutuhkan waktu selama berabad-abad, bahkan ribuan tahun.
Selain itu, dari sejuta orang, mungkin hanya satu saja yang ingin membakarnya. Mengapa? Hal ini karena sebagian besar karma harus terlebih dahulu dibakar, sebelum mampu mengembangkan keinginan untuk melenyapkan keinginan. Dan, selama hanya sedikit karma tersisa, maka tubuh akan tetap ada serta ego akan terus mengidentifikasi diri dengan wujud yang ada, dan akan terus berhubungan, dengan alam semesta dalam keberadaan.
Siwa tertinggi tidak mempunyai wujud, tidak ada atribut, tidak ada apa-apa. Saat mengincar keabsolutan, kita tidak bisa berharap untuk membawa wujud untuk turut serta. Ingatlah, bahwa semua wujud, bahkan termasuk wujud Siwa, ada di dalam alam semesta termanifestasi, tidak lain hanyalah Adya Shakti (energi yang ditanamkan keseluruh keberadaan).
Karma Sebagai Proses Emanasi dan Kesatuan, Ketika siap untuk melampaui Shakti untuk meraih Siwa, kita harus bersedia untuk mengubah keberadaan, serta untuk melampaui segalanya. Inilah alasan lain ada ungkapan: Sembahlah Tuhan dalam wujud terlebih dahulu, baru kemudian pilihlah Yang Absolut Tanpa Bentuk. Ubah diri menjadi dewa sehingga ego, akan mengidentifikasi diri dengan wujud dewa, yang bukan milik diri, lalu dengan identifikasi dewa tersebut, akan membawa kita menyeberang ke Yang Maha akhir.