Ibadah mental menawarkan fokus tak tergoyahkan, membebaskan dari keterbatasan dan kesalahan ritual. Dalam setiap detik konsentrasi, kita mampu mendekat pada kebenaran batiniah yang mendalam.
Dalam dunia yang penuh dengan berbagai cara beribadah, penting untuk menemukan kesederhanaan dan kefokusannya. Tulisan ini menggambarkan keunggulan ibadah mental dibandingkan dengan ibadah fisik, terutama dalam konteks zaman yang penuh dengan keterbatasan serta kesalahan. Dengan menguraikan berbagai teknik ibadah mental, penulis mengajak pembaca untuk memahami kekuatan konsentrasi mendalam dalam mencapai pengalaman spiritual. Penggunaan contoh, dan cerita memberikan ilustrasi kuat mengenai pentingnya fokus batin, juga identifikasi dengan yang ilahi.
1. Menyelami Kedalaman Spiritual: Memahami Mental Pemujaan
Meskipun sekarang ada banyak cara berbeda untuk beribadah, kami selalu percaya bahwa yang terbaik adalah beribadah secara mental, itupun bila kita mampu untuk melakukannya. Ibadah fisik selalu terbatas, apalagi saat ini di Kali Yuga, bahkan para ahlinyapun tidak selalu mampu melakukan ibadah fisik dengan baik. Bahkan penyembah paling mahir sekalipun, terkadang membuat kesalahan dalam ritualnya, mulut paling terlatih pun juga teradang salah mengucapkan mantra. Sedangkan beberapa sadhana tantra, meskipun hanya dengan melakukan kesalahan kecil, kita bisa mati dibuatnya. Untuk menghindari segala kemungkinan kesalahan tersebut, lebih baik beribadah secara mental daripada fisik.
Tidak ada salah tempat, tidak ada yang tumpah, serta tidak ada rasa takut untuk melakukan kesalaan. Inilah maksud dari Tantra ketika menyerukan “Upacara pengorbanan internal”. Tapi, apakah ibadah mental cukup mudah untuk dilakukan? Karena Hampir setiap kasus saat ini, teknik internal tersebut telah lama hilang, kecuali beberapa orang terpilih mengetahuinya?
Kita bisa melakukan ibadah apapun secara internal, dan beberapa waktu lalu, kami telah menyampaikan megenai ritual homa. Tentu saja homa adalah bentuk ibadah eksternal, sedangkan keterbatasannya adalah batasan, dari semua bentuk ibadah eksternal lainnya. Seringkali lebih mudah untuk melakukan ibadah eksternal pada awalnya, sehingga kita tidak perlu repot memvisualisasikan semua perlengkapan yang harus di persembahkan. Namun, pada akhirnya setiap orang harus berkembang dari ibadah eksternal ke internal. Nilai khusus homa adalah untuk memurnikan Elemen Api, mengendalikan indra penglihatan. Ketika Elemen Api dalam tubuh menjadi lebih murni, ini akan membuat Bhuta Agni dalam tubuh astral mulai meningkat. Maka kita akam memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan, ini sangat penting untuk ibadah internal.
Dalam kesederhanaan pikiran, kekuatan spiritual akan terungkap.
2. Melampaui Batas Fisik: Menyelami Dimensi Ibadah Internal
Mari kita mulai dengan pemujaan api. Bahkan bila kita tidak mampu melakukan homa dengan api eksternal setiap hari, dan berapa banyak orang mampu melakukannya saat ini? Kita tetap bisa melakukan homa setiap hari, juga mendapatkan manfaat darinya. Dengan cara menawarkan semua yang dimasukkan ke dalam mulut ke api pencernaan. Memang benar, api pencernaan tidak semurni api eksternal, dimana terpelihara dengan baik, tetapi api pencernaan selalu menyala, serta selalu siap menerima persembahan. Bahkan untuk melakukannya, kita tidak memerlukan mantra khusus, cukup berikan dalam setiap gigitan dengan mantra yang biasa diulangi setiap hari, dan lihat hasilnya. Ini adalah bentuk ibadah internal.
Orang-orang Ortodoks pergi ke kuil, tetapi kami percaya bahwa kuil yang sebenarnya ada di dalam pikiran. Mengapa membuang-buang waktu untuk memuja benda-benda fisik, ketika kita memiliki semua yang di butuhkan di dalam pikiran sendiri? Konsentrasi jauh lebih baik, bila kita melakukan ibadah internal, karena tidak mempunyai gangguan seperti ketika sedang melakukan ibadah eksternal. Seperti kekhawatiran terus-menerus mengenai mendapatkan bahan pemujaan yang tepat waktu, salah menaruh sesuatu, atau bahkan menumpahkan sesuatu.
Jauh lebih mudah mengidentifikasi diri, ketika pikiran sudah tidak terganggu oleh hal-hal eksternal, terutama untuk ibadah pribadi. Di bagian dalam tubuh, semuanya selalu siap untuk di gunakan, bila kita berusaha untuk menemukannya. Manfaatnya beribadah di pura, karena telah dipenuhi oleh Shakti, itu benar. Namun, berapa banyak yang memiliki shakti saat ini? Sebuah pura akan berguna bagi kita, hanya jika Prana Pratishtha-nya telah dilaksanakan dengan benar. Prana Pratishtha adalah ritual dimana kekuatan hidup dimasukkan ke dalam gambar atau patung, yang mampu membuat sebuah pura atau kuil menjadi hidup.
3. Membangun Kekuatan Mental: Pentingnya Fokus dan Konsentrasi
Setiap Pura atau kuil pastinya telah mempunyai Prana Pratishtha yang ritualkan, untuk patung, gambar atau murti yang disembah di dalamnya. Namun, bila Prana Pratishtha tidak dikerjakan dengan benar, maka patung tersebut tidak akan hidup. Disini kita bisa mengujinya di akhir upacara Prana Pratishtha, ketika mempersembahkan sebuah cermin pada gambar, patung atua murti tersebut, sehingga dewa yang telah dipanggil bisa melihat dirinya sendiri. Bila pekerjaan telah dilakukan dengan benar, maka cermin tersebut akan pecah. Hanya dengan begitu kita bisa mengetahui, bahwa gambar, patung atau murti tersebut, telah memiliki kekuatan atau shakti.
Bahkan bila sebuah gambar, patung atau murti tersebut tidak memiliki kekuatan, tentu saja ia masih bisa berguna sebagai fokus untuk pikiran berkonsentrasi. Satu-satunya kelemahan dari ibadah mental adalah, bahwa pikiran tidak memiliki fokus sampai kita menciptakannya terlebih dahulu. Ini merupakan kerugian besar bagi kebanyakan orang.
Banyak orang mengaku mampu bermeditasi selama satu, sampai dua jam setiap kalinya. Kami mengatakan kepada mereka, “Pertama-tama belajarlah berkonsentrasi, dan kemudian baru Anda mampu bermeditasi.” Cobalah untuk berkonsentrasi pada satu hal terlebih dahulu (gambar atau patung) selama tiga menit, dan akan menyadari bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan, kecuali sudah berlatih secara intens di bagian tersebut. Selanjutnya coba bayangkan dengan menyimpan semua alat ibadah dalam pikiran selama satu jam, atau lebih. Disini kita akan memiliki gambaran tepat mengenai upaya yang harus dilakukan untuk ibadah mental sebenarnya, tentunya ini akan sepadan.
4. Inspirasionalnya Ibadah Mental Seorang Kuli
Suatu ketika ada seorang lelaki miskin bernama Prajapati Dasa, ia bekerja sebagai buruh tani pada seorang tuan tanah kaya, hanya agar bisa mendapatkan makanan. Prajapati Dasa memiliki kebiasaan istirahat setengah jam sebelum makan siang, dan melakukan ibadah mental. Setelah beberapa waktu, dia mulai merasakan, itu sangat menyenangkan sehingga mulai duduk selama satu jam, lalu dua jam, tiga jam, bahkan terkadang lebih lama.
Para pekerja lainnya tentu saja tidak tahu apa yang sedang dilakukannya, dan menjadi marah. Mereka memberi tahu pemilik tanah, yang pada suatu hari datang ke ladang untuk melihatnya sendiri. Dulu tuan tanah mampu melakukan apapun yang mereka suka terhadap pekerjanya, dan dalam kasus ini ketika tuan tanah melihat Prajapati Dasa tidak bekerja, dia langsung memberikan tendangan telak.
Prajapati Dasa terbangun dari ketidaksadarannya dan berkata, “Ya ampun, lihat apa yang telah tuan lakukan? Aku sedang memberikan makanan kepada semua orang suciku, dan hanya tersisia yogurt ini, tapi sekarang tuan sudah merusaknya ritual tersebut!’
Kemudian dia membuka tangannya untuk menunjukkan bahwa yogurt tersebut masih terletak di telapak tangannya, dan jatuh ke tanah. Konsentrasi Prajapati Dasa begitu kuat, sehingga yogurt dalam ingatannya bisa tercipta di dunia fisik, sebagai hasil pemujaan mentalnya.
Ketika pemilik tanah melihat gundukan kecil yogurt yang jatuh tersebut, dia segera menyadari kesalahannya. Dia lalu membungkuk padanya, dan memintanya bersedia sebagai gurunya. Akhirnya mereka berdua menjadi orang suci, dan memimpin sebuah sekte ke agamaan.
Tidak ada yang lebih tinggi dari kesempurnaan dalam ibadah batin. Kita semua bisa membuat benda-benda apa pun yang akan tawarkan secara mental, seperti dilakukan oleh Prajapati Dasa. Tentu saja, ini membuat semua bahaya didunia tidak lagi mengancam, karena kegembiraan dari permainan mental, jauh lebih intens daripada kegembiraan fisik apa pun yang mungkin dialami.
5. Evolusi Pengetahuan Esoterik: Menelusuri Transformasi Kebijaksanaan Batin
Ketika kita sudah cukup maju dalam pemujaan mental, maka dewa turut datang untuk bermain, dan kemudian menyesatkan kita dalam permainan-Nya. Meskipun ini kedengarannya sederhana bagi orang awam. Tapi disini kita bisa menjelaskannya.
Seorang pashu (manusia yang terikat dengan keduniawian) bisa melakukan keajaiban dengan cara apa pun melalui bentuk ibadah fisik biasa atau Adhibhautika. Namun Kundalini harus ada, atau setidaknya telah terbangun sebagian, bila kita berharap mampu melakukan ibadah internal atau Adhyatmika, karena hanya dengan Kundalini terbangun barulah Bhuta Agni di tubuh astral menjadi benar-benar tersulut, dan tanpa Bhuta Agni maka kita tidak akan pernah mampu menciptakan visualisasi yang kuat dalam tubuh astral. Selanjutnya ada bentuk pemujaan lebih tinggi lagi yaitu pemujaan astral, atau Adhidaivika.
Contohnya, seorang memuja Ganesha, secara eksternal akan mempersembahkan sesuatu yang disukai oleh Ganesha, seperti tebu, melalui api fisik dengan mantra yang tepat. Sedangkan secara internal kita bisa mempersembahkan mantra Ganesha, ke dalam Bhuta Agni. Disini kita memanfaatkan dewi pribadi yaitu Kula Kundalini, untuk melakukan pemujaan Adhidaivika. Kula Kundalini sangat penting dalam pemujaan Adhidaivika karena hanya Kula Kundalini, yang mengetahui cara menemukan lokasi Ganesha.
Bila ingin melakukan ibadah Adhidaivika, maka buatlah Kundalini Shakti terlebih dahulu, untuk turun ke Chakra Muladhara, di mana kita bisa membuat dirinya mengidentifikasi diri dengan Ganesha, dewa penguasa Chakra tersebut. Kundalini mampu mengidentifikasi diri dengan apa saja, bahkan dengan mengidentifikasi dirinya sebagai Ganesha dengan sempurna, maka Dia benar-benar akan menjadi Ganesha, dan kemudian Ganesha sendiri yang melakukan pemujaan. Hanya ketika dewa itu ada di dalam tubuh sendiri, barulah kita mampu melakukan pemujaan dengan sempurna. Dengan begitu kita akan tahu persis bagaimana cara mengambail hati-Nya.
Tantra mengatakan, “Pertama-tama jadilah Siwa, lalu sembah Siwa. Bagaimana lagi kita mampu memahami Siwa, jika tidak menjadi diriNya?
6. Akhir Kata
Ibadah mental dianggap lebih baik daripada ibadah fisik, terutama konteks keadaan saat ini di Kali Yuga. Meskipun ibadah fisik memiliki keterbatasan serta risiko kesalahan, ibadah mental memungkinkan untuk menghindari kesalahan, juga menawarkan keleluasaan serta fokus lebih kuat.
Penggambaran mengenai ibadah mental meliputi berbagai teknik, seperti memusatkan perhatian pada elemen-elemen di tubuh, memvisualisasikan persembahan, serta puja secara mental, menggunakan konsentrasi mendalam untuk menciptakan pengalaman spiritual. Dalam konteks Hinduisme, konsep ini juga terkait dengan pengaktifan Kundalini, pemujaan melalui bentuk adhyatmika, juga adhidaivika.
Pentingnya ibadah mental ditekankan sebagai tahap penting dalam perkembangan spiritual seseorang, di mana mereka menjadi lebih terhubung dengan alam batin, juga mampu berkomunikasi langsung dengan aspek-aspek ilahi, melalui konsentrasi mendalam, serta identifikasi dengan dewa-dewa yang disembah.