Sejak dahulu orang-orang telah mencoba mencari tahu. Benda apa yang mampu memberikan kesenangan melalui harmoninya. Suara, ketika diubah menjadi sebuah musik, adalah satu-satunya getaran yang mampu merasuki manusia, sehingga melepaskan seluruh hambatan emosinya untuk sesaat, dalam kehidupan yang berharga ini, sehingga mereka akan mulai menari. Itulah keutamaan sebuah musik.
“Bila musik menjadi makanan cinta, maka mainkanlah!”
William Shakespeare, Twelfth Night.
Musik sejati mengandung emosi, oleh sebab inilah orang-orang bijak sangat menyukai musik, karena mampu membantu melakukan pekerjaannya. Siwa adalah irama, atau bapak musik, sedangkan Shakti-Nya adalah ibunya, sebagai suara atau nada. Anaknya Ganesha adalah nyanyian, karena perpaduan antara Irama serta nada, akan menghasilkan nyanyian. Ganesha berkepala gajah, jadi tidak pernah lupa, beliau akan mengingat segalanya, seperti halnya melalui lagu, kita mampu mengingat kepribadian diri sendiri yang sebenarnya. Sedangkan musisinya? Dialah lebah yang membawa serbuk sari dari bunga ke bunga, sehingga menghasilkan penciptaan, juga sangat menikmati kebahagiaan dari ciptaan tersebut. Para dewa, dan terutama para Awatara, adalah para dewa yang menciptakan, serta menikmati musik di alam semesta.
Kami telah mendengar bahwa para ilmuwan telah mengetahui, bahwa matahari berdering, seperti layaknya sebuah bel, mungkin salah satu komponen aspek fisik dari “musik bola” itu sendiri di alam semesta.
Sedangkan Musik terhebat ditulis oleh para Gandharwa, musisi surgawi yang menjelma di bumi. Ketika seorang Gandharwa turun ke Bumi, dia tidak mampu mengingat keberadaan dirinya yang sejati, tetapi secara tidak sadar kemampuannya di surga akan ikut terbawa. Para Gandharwa merasa sulit berhubungan dengan manusia biasa, seperti halnya sulitnya manusia berhubungan dengan binatang, dan sebagian besar para Gandharwa ini, menjalani kehidupan menyedihkan, bahkan sering disalahpahami.