Chitta adalah lautan pikiran yang mencerminkan keadaan batin kita. Mengenalinya adalah kunci untuk memahami diri dan menemukan harmoni dalam diri.
Dalam filsafat yoga, “Chitta” mencerminkan esensi kesadaran kita, memegang peranan penting dalam pemahaman diri, dan pencapaian kedamaian batin. Konsep ini, seperti dijelaskan dalam Yoga Sutra, oleh Patanjali, menggambarkan kompleksitas pikiran manusia, dari keadaan terdistorsi, hingga keadaan tenang serta terfokus. Melalui pemahaman mendalam tentang Chitta, kita bisa memperkuat koneksi spiritual tersebut, mengatasi gangguan mental, serta mencapai keselarasan batin. Dalam pandangan tersebut kami bertujuan untuk membawa pembaca menuju perjalanan penemuan diri, serta pencarian ketenangan melalui pemahaman mendalam tentang Chitta.
Chitta adalah konsep penting dalam filsafat yoga, dan spiritualitas Hindu, merujuk pada kompleksitas pikiran serta kesadaran manusia. Dalam pengertian lebih luas, Chitta mencakup seluruh spektrum pikiran, mulai dari kesadaran sadar, hingga lapisan-lapisan bawah sadar lebih mendalam.
Chitta Menurut Yoga Sutra Dan Psikologi Modern
Dalam Yoga Sutra, yang merupakan teks klasik tentang praktik yoga dikodifikasi oleh Patanjali, Chitta dijelaskan sebagai salah satu dari empat komponen utama dari pikiran, bersama dengan Manas (pikiran), Buddhi (intelek), dan Ahankara (ego). Chitta adalah tempat di mana persepsi, emosi, ingatan, serta kesadaran disimpan. Ini adalah pusat pengalaman manusia, terbentuk oleh kondisi fisik, psikologis, juga spiritual.
Chitta memiliki dua aspek utama: satu adalah yang berhubungan dengan kegiatan mental seperti berpikir, merasakan, merespons, juga lainnya adalah penyimpanan ingatan serta pengalaman, yang berkontribusi pada pembentukan identitas individu. Dengan kata lain, Chitta mencerminkan keseluruhan aspek mental, serta psikologis membentuk individu.
Dalam praktik yoga, tujuan utama adalah membersihkan, serta menenangkan Chitta agar mencapai keadaan meditatif lebih mendalam. Ini dilakukan melalui praktik seperti meditasi, pranayama (latihan pernapasan), juga asana (pose yoga), bertujuan untuk meredakan gangguan pikiran, memperkuat konsentrasi, bahkan memperluas kesadaran.
Chitta juga memiliki hubungan dengan konsep karma, karena dipercaya bahwa tindakan, pemikiran, serta emosi seseorang, mempengaruhi keadaan Chittanya. Dalam konteks ini, praktik spiritual seperti meditasi juga karma yoga, bertujuan untuk membersihkan Chitta dari pola pikir, dan perilaku merugikan, membawa kesadaran lebih tinggi juga kedamaian batin.
“Chitta adalah lautan pikiran yang tenang, tempat semua ide dan pemikiran berlabuh dan menyatu dalam keheningan, menciptakan keberadaan yang menyeluruh.”
Selain itu, dalam pandangan Wedanta, Chitta dianggap sebagai jembatan antara dunia fisik, dan realitas lebih tinggi atau spiritual. Ini adalah medium di mana individu dapat mengalami kesatuan, dengan yang Ilahi atau Brahman. Dengan membersihkan, dan menenangkan Chitta, seseorang dapat meresapi kebenaran lebih, serta mengalami keadaan kesadaran lebih tinggi.
Penting untuk dicatat bahwa konsep Chitta tidak hanya terbatas pada filsafat yoga, atau spiritualitas Hindu, tetapi juga memiliki implikasi dengan psikologi modern. Banyak konsep dalam psikologi seperti bawah sadar, ingatan, dan identitas diri memiliki keterkaitan dengan konsep Chitta di filsafat yoga.
Empat Tingkat Keberadaan Antara Manusia dan Dunia
Sedangkan konteks filsafat yoga, konsep Chitta mengacu pada keseluruhan pikiran, atau kesadaran individu. Dalam Yoga Sutra oleh Patanjali, Chitta diperinci lebih lanjut melalui empat keadaan, atau tingkat keberadaan, dikenal sebagai Vikshipta, Kshipta, Mudha, Ekagra, dan Niruddha. Ini adalah tahapan yang menggambarkan kondisi pikiran, atau Chitta seseorang, dan bagaimana Chitta berinteraksi dengan pengalaman, serta dunia sekitarnya.
- Vikshipta: Ini adalah keadaan pikiran yang sangat terganggu, atau bergejolak. Pikiran dalam keadaan Vikshipta tersebar, tidak terfokus, dan mudah terpengaruh oleh gangguan eksternal dan internal. Bila seseorang dalam keadaan Vikshipta, mungkin merasa gelisah, tidak stabil, atau kebingungan.
- Kshipta: Kondisi ini mengacu pada pikiran terdistorsi, atau terhuyung-huyung. Pikiran dalam keadaan Kshipta, sering kali dikuasai oleh impuls, atau emosi yang kuat, seperti kemarahan, kecemasan, juga keinginan. Ini membuat seseorang sulit untuk menjaga keseimbangan, atau ketenangan batin.
- Mudha: Mudha adalah keadaan pikiran tertutup atau bodoh. Ini terjadi ketika pikiran terlalu terjebak dalam materi, atau kesenangan sensorik, serta kehilangan kontak dengan kebijaksanaan, atau kebenaran lebih tinggi. Seseorang dalam keadaan Mudha, mungkin tidak peduli terhadap pertumbuhan spiritual, atau pemahaman lebih.
- Ekagra: Ini adalah keadaan fokus atau konsentrasi yang mendalam. Pikiran dalam keadaan Ekagra, terfokus sepenuhnya pada objek, atau tugas tertentu, tanpa terpengaruh oleh gangguan luar atau dalam. Seseorang dalam keadaan Ekagra, mampu mengalami tingkat kesadaran lebih tinggi, dan memperoleh wawasan mendalam.
- Niruddha: Ini adalah keadaan pikiran yang sepenuhnya terkendali, atau ditenangkan. Pikiran dalam keadaan Niruddha, tidak lagi terpengaruh oleh aktivitas mental atau sensorik, dan mencapai keadaan tenang dan damai. Ini adalah keadaan yang dicapai melalui meditasi mendalam, dan praktik spiritual yang konsisten.
Hubungannya dengan Chitta adalah, bahwa mereka merepresentasikan berbagai kondisi, atau tingkat kesadaran, yang bisa dialami oleh pikiran manusia. Chitta bisa berada dalam keadaan yang berbeda-beda sepanjang waktu, tergantung pada faktor-faktor seperti latihan meditasi, kondisi emosional, dan lingkungan sekitar. Melalui praktik yoga dan meditasi, seseorang dapat mengarahkan Chittanya menuju keadaan lebih tenang, serta terfokus, mencapai kedamaian batin, juga pemahaman mendalam mengenai diri, dan alam semesta.