Pemujaan Ganesha mengajarkan kesabaran, ketekunan, dan kebijaksanaan dalam perjalanan spiritual. Proses ini membimbing kita menuju kesatuan dengan ilahi.
Mengajarkan pemujaan terhadap Ganesha, adalah bagian integral dari rancangan besar dalam Tantra, yang dijelaskan dengan sangat sistematis. Mulai dari pemujaan Ganesha di Cakra Muladhara, hingga mencapai kesatuan dengan keberadaan ilahi, melalui praktik Kundalini Yoga, setiap langkahnya diatur dengan cermat.
Praktisi spiritual harus memahami pentingnya sadhana Ganesha, sebagai fondasi untuk membangkitkan energi Kundalini. Ganesha, dengan kebijaksanaan serta kekuatannya, mampu membantu mengatasi rintangan-rintangan yang muncul saat Kundalini dibangkitkan. Pemujaan Ganesha tidak hanya memberikan perlindungan, tetapi juga membuka jalan bagi kelancaran perjalanan spiritual.
1. Kekuatan dan Perlindungan Ganesha Dalam Kebangkitan Kundalini
Mengajarkan pemujaan terhadap Ganesha adalah, bagian dari rancangan besar dalam Tantra, disni kami menjelaskan bahwa metode tersebut sangat sistematis. Pertama spiritualis akan memuja Ganesha, di Cakra Muladhara, kemudian beliau akan memberikan berkah, serta pengetahuan, untuk memuja ibu-Nya yang sudah berwujud, melalui bantuan Kundalini Shakti dari praktisi sendiri. Uma (Dewi yang disembah) akan mengajari kita cara memuja Mahadewi (istri Dewa Siwa), di Cakra Ajna, dengan begitu maka praktisi akan mampu mencapai Siwa, dimana beliau (Adesha) akan membimbingnya ke Wisnu, dalam salah satu wujud-Nya sebagai Rama atau Narayana, bila praktisi menginginkannya, serta ditakdirkan untuk melampauinya, maka akan bertemu Sri Krishna, di Goloka.
Praktisi spiritual harus mampu menghadapi segala macam godaan, ketika mulai menaikkan energi Kundalini, karena prana ditubuh akan berusaha bergerak, dengan cara yang tidak biasa. Inilah sebabnya mengapa sadhana Ganesha sangat penting. Ganesa adalah Gana + Isya, Pemimpin Para Gana. Biasanya orang menganggap bahwa para Gana sebagai roh pelayan Dewa Siwa, namun dalam Kundalini Yoga, Gana memiliki arti sebagai organ indera. Oleh sebab itu Ganesha adalah Penguasa Indra, beliau juga disebut penghilang rintangan, karena bila sayang kepada pemujanya, Ganesha akan menghilangkan semua rintangan dari jalan Kundalini saat dibangkitkan.
Muladhara, sebagai tempat Kundalini tidur, juga merupakan kedudukan Elemen Tanah, yang berwujud fisik atau kasar, dikuasai oleh Ganesha. Inilah sebabnya mengapa harus menyembah Ganesha terlebih dahulu sebelum menyembah dewa lainnya. Praktisi harus meminta Ganesha, untuk mengizinkannya melewati sifat fisik, serta kesadaran praktisi untuk masuk ke wilayah astral. Berkah dari Dewa Ganesha sangat penting, agar Kundalini mampu terbangun dan keluar dari Cakra Muladhara. Inilah pentingnya menggapa kita mengetahui kisah kelahiran Ganesha.
Ganesha disebut “Ganapati” bukan “Gajapati” karena “Ganapati” secara harfiah berarti “Pemimpin para Gana” sementara “Gajapati” berarti “Pemimpin Gajah.”
Dewi Parwati adalah istri Dewa Siwa, yang menciptakan Ganesha dari kotoran tubuhnya, untuk melindungi privasinya ketika sedang mandi. Ketika Ganesha sedang berjaga, Dewa Siwa datang, dan ingin masuk untuk menemui isterinya. Ganesayang tidak mengenali-Nya mencegahnya untuk melakukan hal tersebut, karena Siwa tidak mengetahui siapa Ganesa, maka terjadilah pertempuran, yang mana Siwa akhirnya membunuh anak laki-laki tersebut.
Ketika Parwati mengetahui hal ini, Dia menjadi sangat marah karena merasa kehilangan anaknya sehingga mengancam akan menghancurkan seluruh alam semesta. Dewa Siwa memahami dan Parwati akan melaksanakan ancamannya bila tidak segera ditenangkan. Dewa Siwa kemudian mengganti kepala Ganesha yang terpenggal dengan kepala gajah, barulah Dewi Parwati menjadi tenang.
Dan sekarang bagaimana dengan makna esoteriknya?
Nama Parwati memiliki arti, “Dia yang lahir dari pegunungan” dalam hal ini yang dimaksud sebagai rangkaian gunung adalah tulang belakang, yang terdapat sumsum tulang belakang di dalamnya. Parwati sendiri adalah Kundalini Shakti. Rantai adalah kata yang tepat untuk digunakan di sini, sebelum seorang praktisi mampu membangunkan, serta membebaskan Kundalini, maka tulang belakang akan bertindak sebagai rantai untuk mengikatnya dengan keberadaan duniawi. Ganesa diciptakan dari kotoran di tubuh Parwati yaitu Elemen Tanah, merupakan Elemen terkait dengan Cakra Muladhara. Sedangkan Siwa adalah kesadaran dari individu sendiri, berusaha menerobos Kundalini yang tidak aktif dengan paksa, tetapi ini tentunya akan mengancam nyawa dari praktisi sendiri, karena Muladhara adalah akar penopang dari tubuh. Ketika Siwa menyadari hal ini, maka Dia melahirkan kembali Muladhara dengan bantuan seekor gajah, seekor binatang yang dikenal karena kecerdasannya juga kuat.
“Gana memiliki arti anggota tubuh tidak bertulang, dianggap seperti belalai gajah, mencerminkan kecerdasan, dan kekuatan yang diperlukan dalam menghadapi rintangan spiritual.”
Oleh karena itu, bila ingin membangunkan Kundalini, jalan terbaik adalah dengan membiarkan kecerdasan tersebut mengarahkan kebangkitannya, daripada menerobos masuk seperti banteng masuk kerestoran china dan berakhir di meja makan. Daripada bermeditasi pada Cakra Muladhara, serta mencoba membukanya secara paksa, lebih bijaksana untuk membangunkannya melalui bantuan Ganesha.
Namun apakah merasa tidak janggal dengan cerita tersebut? bagaimana bisa Dewa Siwa, yang mampu mengetahui masa lalu, sekarang, dan masa depan, juga merupakan suami dari Dewi Parwati, tidak mampu mengenali putra-Nya sendiri? Mari kita renungkan sebentar.