Krishna dan Siwa, adalah dua aspek kesempurnaan yang saling terkait, membawa harmoni dalam perjalanan spiritual melalui jalan yang berbeda namun saling mengisi.
Dalam perjalanan spiritual, pemahaman akan hubungan antara Dewa Siwa, dan Krishna menjadi krusial. Kesimpulan tersebut membawa kita pada pemahaman, bahwa ada dua jalan berbeda, yaitu jnana dan bhakti, pada akhirnya saling terkait, juga saling melengkapi satu sama lain. Melalui kontrol energi Kundalini, dan pemahaman akan peran Sungai Gangga dengan Yamuna. Manusia sendiri mampu mengarahkan dirinya untuk menuju pencerahan, juga pemahaman mendalam mengenai diri, juga alam semesta. Keduanya, baik Siwa maupun Krishna, merupakan pilar spiritual, sebagai pemberi petunjuk pencarian makna hidup.
Semoga setiap artikel di blog kami memotivasi pembaca untuk mengeksplorasi aspek spiritualitas yang otentik. Jangan ragu untuk meninggalkan komentar, atau berlangganan untuk mendapatkan pembaruan terbaru dari kami. Terima kasih atas kunjungan Anda.
Selamat membaca!
1. Perbedaan Nada Anahata: Harmoni Rambut Krishna dan Siwa
Ketika energi Kundalini memasuki Chakra Anahata, maka kita mulai mendengar Nada Anahata, yang akan terdengar seperti seruling Krishna atau genderang Siwa. Hal ini tergantung pada jalan spiritual mana yang dipilih. Nada-nada lainnya juga akan dijelaskan, namun kedua nada baik seruling maupun genderang adalah yang paling penting. Kami akan mencoba menjelaskan perbedaan kedua Nada tersebut, dengan menjelaskan caranya.
Rambut Krishna berbeda dengan rambut Siwa. Rambut Krishna diumpamakan dengan segerombolan lebah. Apa yang dilakukan lebah sepanjang waktunya? Sepanjang hari lebah akan berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya, menikmati nektar di setiap bunga. Bunga rindu kehadiran sang lebah untuk datang mengambil nektarnya, banyak bunga mekar hanya untuk menunggu lebah. Demikian pula, Sri Krishna berpindah dari satu gadis ke gadis lain, dari Shakti ke Shakti, dan bersenang-senang dengan masing-masing gadis. Mereka merindukan-Nya untuk berkunjung, dan tetap ada hanya untuk-Nya. Melalui kerinduannya, mereka menarik-Nya menuju dirinya sendiri. Setiap penyembah Krishna yang tulus adalah perempuan, tidak peduli apa pun jenis kelamin dalam tubuh fisiknya.
Lebah selalu berdengung, dan begitu juga dengan suara rambut Kresna, digambarkan oleh para Rsi. Seperti dengung yang berkumandang hadir dari lebah, yang sedang kecanduan tak terhitung jumlahnya, untuk diberi madu. Dengung itu adalah Nada. bila menggunakannya sebagai fokus untuk meningkatkan konsentrasi pada Krishna, kita juga akan mulai merasakan hadirnya Nada ini, ketika konsentrasi pada Krishna telah sempurna, Dewa Krishna memiliki rambut yang panjang, tergerai, dan mewah. Sebaliknya rambut Dewa Siwa juga demikian panjang, tapi gimbal. Rambut gimbal Siwa, disebut dengan jata, yang diumpamakan dengan ular karena panjang, dan seperti tali, dan bila didengarkan dengan cermat, akan terdengar desisan pelan seperti suara ular. Ini adalah Nada Siwa bukan suara desisan ular kobra yang ada di leherNya sebagai simbol kekuatan kundalini.
Mari kita bayangkan sejenak, Siwa memakai ular kobra di lehernya, dan Wisnu tidur di Sesha atau ular berkepala seribu. Siwa mengizinkan Kali menari di atas tubuhnya sementara dirinya tetap tidak bergerak seperti mayat, seorang spiritulis yang membangunkan Siwa dalam dirinya, mengizinkan Kundalini untuk mempermainkannya, namun tidak pernah tergoda untuk membiarkan Kundalini mengidentifikasi diri, dengan segala aspek apa pun dari keberadaan terbatas.