2. Mengikuti Jejak Ilmu Pengetahuan: Eksplorasi Jalan Matahari (Jnana)
Suatu ketika ada tiga orang suci, mereka sedang melakukan menjalankan Tirta yatra bersama. Hari itu sangat panas, dan mereka semua merasa kehausan. Satu-satunya sumur yang mereka temukan tidak memiliki ember untuk meraih air dari dasar sumur. Lalu bagaimana cara mereka memperoleh airnya?
Orang suci pertama, memilih jalan jnana dalam spirituanya, menggunakan kekuatan yoganya untuk melayang turun ke dalam sumur, untuk mengambil air. Berikutnya orang suci kedua, telah belajar spiritual melalui jalan bhakti, mulai menyanyikan himne untuk memuji Tuhan. Karena pengabdiannya begitu mendalam sehingga setiap makhluk hidup disekitarnya, bahkan pepohonan, serta tanaman, dipenuhi dengan kasih Tuhan. Bahkan air sumur pun mulai meluap, karena kegembiraan mendengar orang suci tersebut menyanyikan pujian kepada Tuhan. Kemudian orang suci ketiga menyadari, bahwa dia telah melihat hasil akhir dari jalan pengetahuan, serta pengabdian. Kemudian orang suci ketiga meminta izin kepada dewa kesayangannya Witthala, untuk meninggalkan tubuhnya, karena sudah tidak ada lagi yang perlu dia lihat lagi.
Mari kita pikirkan kembali mengenai, tubuh halus, nadi serta Kundalini. Bhakti dan Jnana adalah dua jalan menuju Cakra Ajna. Siapapun mengikuti jalan jnana harus berkonsentrasi pada matahari. Semua kitab Weda kuno juga mengikuti jnana, mereka semua pada dasarnya adalah penyembah matahari. Namun, apa yang terjadi bila orang melihat matahari? Dia akan buta, dan benar-benar menjadi buta, bila sungguh-sungguh menatap matahari. Seseorang bisa menjadi buta terhadap dunia, bila terus menatap Matahari Jnana. Ketika telah menjadi buta terhadap segala perbedaan, segala nama, serta wujud, maka tidak mampu melihat apa pun, selain Realitas Tunggal. Seorang penyembah matahari selalu mengikuti Gangga, ini di lambangkan oleh lubang hidung kanan, atau Surya Nadi.