6. Pesan Jnana di Balik Penggunaan Benang jahnavi
Pada zaman Weda, jahnavi merupakan bagian integral dari sadhana. Ketika seorang anak laki-laki siap untuk mulai belajar dengan seorang guru, pada hari tertentu, dia akan menjalani upacara Upanayana, ritual inisiasi ke dalam studi weda, di mana seorang anak laki-laki pertama kali mengenakan jahnavi.
Dalam ritualnya, Pertama-tama calon murid akan telanjang, serta mencukur rambutnya, selanjutnya menghadap gurunya, yang akan menunjukkan kepadanya cara mengikat cawatnya, berupa sepotong kain panjang. Cawat harus diikat dengan benar, sehingga mampu menekan tulang belakang tertentu, serta dengan demikian juga akan merangsang nadi tertentu. Hal ini menandakan sebagai awal periode kehidupan anak laki-laki tersebut sebagai pelajar selibat. Dengan hidup selibat maka akan mencegah Kundalini terjebak dalam keterpurukan pusat seks.
Kemudian anak laki-laki itu, akan melakukan sujud kepada gurunya, yang akan menyentuhnya kepala anak tersebut dan memberkatinya. Sambil memegang kepala anak laki-laki tersebut, sang guru akan menggunakan frenologi untuk memeriksa bagian otak mana paling berkembang sempurna, untuk menentukan cabang pengetahuan mana harus diikuti oleh anak tersebut. Bila bagian belakang kepala berkembang dengan baik, maka bisa menunjukkan bakat matematika, dan seterusnya.
Ini adalah momen tepat untuk menguji kemampuan lain dari anak tersebut. Misalkan sang guru ingin mengetahui apakah anak laki-laki tersebut, bisa berhasil dalam bidang alkimia atau tidak. Maka dia akan menuangkan merkuri ke telapak tangan anak tersebut, lalu menyuruhnya untuk menuangkannya kembali ke dalam botol, tanpa menumpahkan setetes pun. Bila dia bisa melakukan ini, artinya dia stabil. Dia akan mampu melakukan hal tersebut, hanya bila mempunyai satu garis lurus, dan panjang, melintasi telapak tangannya, jadi ini adalah salah satu bentuk seni ramal tapak tangan.
“Penggunaan Benang Jahnavi memperkuat ikatan spiritual yang mendalam sambil mengingatkan akan tanggung jawab sosial kita dalam menjaga kesucian alam.”
Karena garis-garis pada telapak tangan diciptakan oleh gen-gen tertentu, pemeriksaan terhadap telapak tangan berarti pemeriksaan terhadap gen-gen tersebut. Dan karena gen berkaitan erat dengan karma seseorang, maka kita bisa mengetahui apa yang terjadi padanya di masa depan.
Ketika sang guru telah memutuskan apa yang layak dipelajari oleh anak laki-laki tersebut, selanjutnya mulai menghubungkannya dengan versi Mantra Gayatri paling cocok untuknya, dan menizinkannya mengenakan jahnavi. Kemudian orang tua anak tersebut, memintanya untuk kembali ke rumah.
Bila dia ingin benar-benar sukses, maka anak tersebut akan mengabaikannya, dan tetap tinggal bersama gurunya. Namun, sekarang orang melakuannya hanya untuk pamer, karena tidak ada yang tahu prosesnya, kemudian ikut pulang kembali bersama orang tuanya, lama kelamaan melupakan mantra lalu melepaskan cawatnya. Lalu apa gunanya mereka terus memakai jahnavi?
Banyak orang memakai jahnavi saat ini, namun kebanyakan tidak mengetahui fungi juga kegunaan dari mengenakan jahnavi. Bagaimana kita bisa menjadi seorang berpengetahuan atau seorang jnani, bila tidak mengetahui apa pun yang sedang dipelajari? maka lebih baik mengikuti jalan pengabdian atau bhakti.