2. Kisah Pilu Seorang Pria dan Sadhana Ganesha
Dewa Ganesha adalah salah satu dewa yang paling lembut, tentunya bila didekati dengan benar. Beliau paling suka menolong, serta sangat manis, tapi juga bisa marah. Karena masih kecil, kita bisa membayangkan apa yang terjadi, apabila seorang anak ketika mereka sedang marah. Bayangkan juga betapa liarnya gajah saat mereka marah. Ketika Ganesha mulai kehilangan kesabarannya, Dia akan berubah dalam sekejap, dari penghilang rintangan menjadi pencipta rintangan, ini tentunya akan membuat kita dalam masalah besar kemudian.
Paa suatu kali kami memberikan mantra Ganesha kepada seseorang, dan mengatakan kepadanya bahwa setelah empat puluh hari mengulanginya, maka Ganesha akan datang serta berdiri di depannya. Sayangnya telah terjadi sesuatu yang merusak niyamanya, sebelum empat puluh hari berlalu, jadi kami perintahkan untuk memulainya lagi dari awal. Akhirnya, setelah mampu menyelesaikan empat puluh hari, ternyata tidak terjadi apa-apa. Kami mengatakan kepadanya, “Sekarang kamu sudah sangat dekat, jangan berhenti dan lanjutkan untuk beberapa hari lagi.”
Namun, Laki-laki tersebut berkata, “Lihat, ini semua hanyalah omong-kosong, tidak ada kekuatan apapun di balik mantra itu. Saya tidak tahan berada jauh dari istriku dan Saya akan pulang untuk berhubungan intim denganya, sekarang!”
“Ganesha, dengan kebijaksanaan dan kekuatannya, membantu mengarahkan perjalanan Kundalini menuju kesatuan spiritual.”
Kami memperingatkannya, “Kamu telah bertindak terlalu jauh sekarang. Ganesha akan menjadi sangat marah bila kamu melaksanakan niatmu, dan kami tidak akan bisa menyelamatkanmu. Tahan dulu selama tiga hari lagi, dan kami jamin akan berhasil.”
Namun, apa lagi yang perlu dia ragukan? hanya perlu waktu tiga hari lagi untuk menyelesaikannya. Tapi Mahakala sang Dewa Kematian, rupanya telah menjeratnya.
Pria itu mengatakan kepada kami, “Tidak, saya sudah muak mendengarkan Anda. Saya benar-benar harus berhubungan seks. Selamat tinggal!”
Pada awalnya sang istri sudah mencoba mencegah suaminya untuk menggaulinya, tapi dia tetap memaksa dan menikmatinya sampai dua kali. Setelah puas pria itupun tertidur. Dalam mimpinya, ia melihat seekor gajah yang marah menyerangnya. Dia berusaha lari, namun sia-sia. Ketika gading itu menusuknya, dan memberi pukulan keras dirahangnya dengan belalainya.
Keesokan paginya, seluruh wajah, rahang, dan seluruh tubuh pria tersebut membengkak dua kali lipat dari ukuran normalnya. Dia dibawa ke rumah sakit dan para dokter tidak mampu menemukan ada yang salah dengan dirinya. Kami berkunjung ke rumah sakit juga, dan dia bertanya kepada kami, dari ranjangnya, apakah kami bisa menyelamatkannya. Namun kami sudah tidak bisa berbuat apa-apa, karena sistem sarafnya hancur berkeping-keping. Sudah terlambat, karena dia sudah bertindak terlalu jauh. Akhirnya dia meninggal malam itu. Setelah pengalaman itu, kami memutuskan hanya akan membantu orang-orang dalam sadhananya sendiri, dan tidak pernah menyarankan sadhana baru kepada siapapun.