3. Memahami Kedisiplinan Dalam Praktik Sadhana
Disiplin yang kuat diperlukan, setiap kali praktisi berkomitmen pada sadhana, tanpanya pasti ada yang tidak beres. Jadi jangan mulai mencoba kesempurnaan mantra seperti itu, kecuali memiliki tekad begitu keras untuk menyelesaikannya. Bila kemudian memutuskan makan daging selama beberapa hari, harus minum-minuman keras atau berhubungan seks, maka sadhana serta praktisinya akan hancur. Disini Praktisi tersebut tidak akan pernah berhasil, dan harus menderita karena berusaha bertindak kurang cerdas. Bila mengetahui bahwa kemauan diri sendiri terbatas, maka lebih baik tidak melakukan sadhana apa pun. Ini sama seperti berusaha mengingkari sumpah, dan berkata, ‘Oh, saya akan meminta ampun kepada Tuhan dan mengingkari lagi, dia hanya akan menipu diri sendiri, bukan orang lain. Begitu kita mulai berkomitmen pada sebuah sadhana, pahami dengan benar resikonya, maka akan menyelesaikannya dengan benar.
Namun apakah Tuhan tidak akan mengampuni kesalahan apapun dari umat-Nya? Tentu saja tidak! Tuhan selalu siap mengampuni umatnya, bila kita mendekati-Nya dengan kerendahan hati. Namun tidak ada yang rendah hati dalam semua sadhana, karena kita menuntut perhatian lebih dari Tuhan. Maka harus siap dengan permainan Tuhan, bila kita sendiri dengan sengaja mengabaikan perhatian-Nya.