5. Memahami Makna Esoteris Krishna Melalui Lagu-Lagu Bhakti
Dalam sebuah lirik lagu, menggambarkan hubungan antara Krishna dan Gopi, liriknya terdengar seperti ini:
Dalam salah satu cerita, seorang gopi mengeluh kepada temannya: “Di tepi sungai Yamuna, putra Nanda (Krishna) melemparkan sebuah batu, dan memecahkan pot air di kepalaku, yang menyebabkan semua air mengalir keluar, dan meringankan bebanku.”
Seperti yang kita ketahui, bahwa orang India sering kali memikul beban berat di atas kepalanya. Para gopi, seperti halnya kebanyakan perempuan India, biasa mengambil air dari sungai dalam pot besar, yang akan mereka seimbangkan dengan hati-hati di kepala, saat membawanya kembali ke rumah. Krishna datang untuk menggoda mereka, melemparkan batu, dan memecahkan periuknya. Inilah makna permukaan atau cerita yang mudah dipahami oleh setiap wanita, yang pernah membawa sepanci air di kepalanya. Lagu seperti itu bahkan membantu para wanita desa yang buta huruf, untuk meningkatkan pengabdiannya kepada Krishna.
Menggapa bisa begitu? Saat kita bersimpati dengan seseorang, maka secara otomatis akan mengidentifikasi diri dengan orang tersebut, sampai pada batas tertentu. Bila bisa bersimpati dengan gopi dalam lagu tersebut, maka akan lebih mudah bagi kita untuk terhubung dengan Krishna, meskipun hanya untuk datang memarahi-Nya karena telah memecahkan periuk.
Kami tidak percaya, bahwa pengabdian harus selalu dipenuhi oleh hormat serta sopan. Saat sedang jatuh cinta dengan seseorang, apakah jalan percintaaan tersebut akan selalu lancar? Tentu tidak, dan tentu saja tidak mungkin, bila kita benar-benar sedang jatuh cinta. Karena terkadang kita akan bertengkar, beberapa kali menangis, dan seterusnya. Bila benar-benar seperti itu, maka sayangi pasangan kita tersebut. Karena pengabdian sejati, berarti jatuh cinta pada Tuhan, bukan ketakutan karena ancaman.
Jadi, para gopi dalam lagu tersebut, sepertinya mengeluh mengenai prilaku Krishna yang jahat, inilah arti permukaannya. Makna esoterisnya adalah sesuatu yang sangat berbeda. Selalu ingat, jangan pernah mengambil apapun dengan begitu saja. Kitab suci sebagian besar bersifat esoteris, dan kita tidak boleh menganggapnya remeh begitu saja.
Dalam lagu tersebut, Sungai Yamuna melambangkan Chandra Nadi yang mengalir di lubang hidung sebelah kiri. Jalan Bhakti membutuhkan berfungsinya Chandra Nadi. Para gopi adalah wujud dari nadi-nadi lain, terletak di dalam tubuh. Sedangkan Krishna sebagai kekasih para gopi, karena dialah Jiwa, yang menyebabkan vitalitas, dan kesadaran di nadi. Jiwa juga menyebabkan darah mengalir di arteri, dan seterusnya. Bahkan darah akan mengalir lebih deras saat melihat orang yang kita kasihi, bukan?
Arti pot air, adalah kepalanya, yang penuh dengan banyak sari. Sari tidak terbatas pada fisik seperti hormon, itu juga mencakup cairan mental seperti selera, juga emosi. Karena bagi orang yang belum tercerahkan akan bersifat egois, air tersebut beracun, diracuni oleh racun keegoisan dari ular ahamkara (ego).
Krishna kemudian meringankan beban gopi (dengan memecahkan pot), yang membuatnya tercerahkan. Setelah kepalanya diringankan dari racun dunia (ego), maka gopi menjadi tercerahkan. Maka yang ingin dilihatnya hanyalah Krishna, mendengarkan seruling merdu-Nya, dan menari bersama-Nya dalam rasa Lila ilahi
Suatu ketika Krishna bersembunyi di pohon dekat Yamuna, dan menunggu para gopi untuk turun mandi. Setelah mereka menanggalkan pakaian, dan memasuki sungai, Krishna kemudian mencuri pakaian mereka, dan ketika mereka menyadari apa yang telah dilakukan Krisna, mereka terlalu malu untuk keluar. Namun Krishna bersikeras, dan mereka semua harus keluar dari air, untuk berdiri di hadapan-Nya dalam keadaan telanjang. Kita bisa memandang bahwa cerita ini adalah bentuk kecabulan krisna. Namun tunggu dulu, ada makna esoterisnya.
Sebelum Krishna menari bersama para gopi, mereka harus menanggalkan seluruh pakaiannya, yaitu tiga selubung keduniawian yang mengaburkan Kundalini, dikenal dengan tiga guna, enam rasa dan lima elemen besar. Para gopi pada awalnya merasa malu, ego mereka ragu-ragu untuk meninggalkan tanda pengenal diri yang mereka kenal yaitu pakaian (keduniawian), tetapi Krishna tegas terhadap mereka, dan pada akhirnya mereka harus telanjang. Kemudian Kundalini Shakti menjadi bebas bergerak, melalui berbagai nadi di tubuh, dan seluruh nadi tersebut mulai menari.