3. Kasih Sayang Siwa Terhadap Wisnu: Keharmonisan Spiritual
Tidak ada makhluk lain di alam semesta, yang mampu menanggalkan segala hal keduniawian seperti yang dilakukan oleh Dewa Siwa. Beliau tidak menanggalkan segala sesuatu karena merasa bangga dengan apa yang ada dalam diri-Nya, melainkan karena beliau hanya mencintai Krishna, dan selalu ingin bertemu dengan-Nya. Siwa telah menanggalkan hal-hal duniawi, karena telah memberikan segala sesuatunya kepada Krishna.
Namun, betapa sedikit orang yang mampu memahami Siwa. Siwa berkata, “Gopala-ku menyukai pakaian yang indah, biarkan Dia memilikinya! dan untuk mengingatkan-Ku akan Dia setiap saat, Aku tidak akan pernah mengenakan pakaian. Sebaliknya Aku hanya akan memakai abu dari tubuh yang telah dibakar.” “Gopala-ku menyukai permata, maka Aku akan memakai kalung ular kobra, untuk mengingatkan bahwa Aku telah mempersembahkan seluruh jenis karangan bunga kepada-Nya. Aku hanya akan meminum racun, semua makanan lainnya Aku persembahkan kepada-Nya,” dan seterusnya.
Tidak ada seorang pun yang mau mendekati Dewa Siwa dalam keadaan seperti ini, jadi beliau bermain-main dengan roh, bahkan beliau tidak mendambakan penyembah. Yang dirindukan-Nya hanyalah Gopala. Suatu ketika Beliau melangkah lebih jauh, yaitu dengan mengubah diri-Nya menjadi seorang gopi, sehingga bisa mengambil bagian dalam Rasa-Lila-Nya sendiri.
Bila Dewa Siwa begitu mendambakan Dewa Wisnu, tentunya Wisnu juga akan mendambakannya, dan tentu saja ini wajar. Dewa Wisnu mencintai para penyembah-Nya lebih dari mencintai apa pun di alam semesta, dan Siwa adalah penyembah utama-Nya. Tahukah Anda betapa kuatnya cinta Krishna kepada Siwa? kita mungkin tidak pernah bisa membayangkannya. Bahkan Krishna, sebagai wujud personifikasi Kesempurnaan, juga harus meninggal ketika bertemu muka dengan Mahakala, cintanya kepada Mahakala begitu besar, sehingga tidak bisa terus hidup terpisah dari-Nya.
Inilah yang akan terjadi pada semua orang. Ketika mereka masih hidup, orang-orang berkata, “Rama, Rama,” atau “O Krishna” ketika mereka berada dalam kesulitan, mereka hanya akan memanggil Dewa Wisnu, dan meminta bantuan-Nya. Kita jarang mendengar orang berkata, “Hara, Hara,” karena semua orang takut mati. Namun sesungguhnya cinta mereka kepada Dewa Siwa, jauh lebih kuat dibandingkan cinta mereka kepada Dewa Wisnu. Karena saat mereka melihat Siwa, mereka harus mati, karena emosinya menjadi begitu kuat untuk segera datang memeluk-Nya, sehingga melupakan kesadaran mayanya. Begitulah cara Mahakala melaksanakan tugas-Nya.
Siwa adalah Maha Pemberi, dan karena melihat Krishna dalam wujud setiap bentuk kehidupan di alam semesta, oleh karena itu beliau akan memberi manusia anugerah yang tidak terbatas, ketika mampu mengambil hati-Nya dengan benar. Namun, permasalahan sebenarnya bukanlah bagaimana cara mengambil hati-Nya, masalahnya adalah bagaimana memperoleh perhatian-Nya. Siwa selalu berada dalam kondisi samadhi abadi, maka dibutuhkan intensitas yang cukup besar, untuk mampu menarik-Nya ke dalam kesadaran akan sekeliling-Nya.