4. Anugerah Siwa: Mengungkap Kedalaman Kasih Yang Tak Tertandingi
Untuk memberi gambaran mengenai sang pemberi seperti apa Dewa Siwa itu, mari kita ambil satu saja syair dari Siwa Mahimna Stotra, atau Himne Keagungan Siwa yang berisikan:
हरिस्ते साहस्रं कमल बलिमाधाय पदयोः
यदेकोने तस्मिन् निजमुदहरन्नेत्रकमलम् ।
गतो भक्त्युद्रेकः परिणतिमसौ चक्रवपुषः
त्रयाणां रक्षायै त्रिपुरहर जागर्ति जगताम् ॥ १९॥
hariste sāhasraṃ kamala balimādhāya padayoḥ
yadekone tasmin nijamudaharannetrakamalam .
gato bhaktyudrekaḥ pariṇatimasau cakravapuṣaḥ
trayāṇāṃ rakṣāyai tripurahara jāgarti jagatām .. 19..
Ayat tersebut diatas menggambarkan bagaimana Dewa Wisnu, mempunyai kebiasaan setiap hari untuk mempersembahkan seribu bunga teratai kepada Dewa Siwa. Namun, Suatu hari Siwa mencuri salah satu bunga teratai tersebut, untukmenguji-Nya. Ketika Wisnu mengetahui ada satu teratai yang hilang dan berfikir bahwa persembahan-Nya menjadi tidak lengkap, maka beliau berpikir dalam hati, “Mataku, digambarkan oleh para pemujaku sebagai mata teratai, Oleh karena itu, ini adalah persembahan yang pantas untuk Dewa Siwa.” Ia kemudian mencabut salah satu dari kedua mata teratai-Nya dan mempersembahkannya. Dewa Siwa merasa sangat senang dengan persembahan tersebut, sehingga segera muncul, dan mengubah mata teratai tersebut menjadi Chakra Sudarshana, yang merupakan senjata favorit Dewa Wisnu.
Inilah sebagian dari makna esoteris dari ayat tersebut tapi tidak semuanya, hanya sebagian saja. Seribu teratai Wisnu ada di Sahasrara, yang dipersembahkan kepada Siwa setiap hari dengan mempersembahkan internal Shakti-Nya kepada internal Siwa-Nya. Pada suatu hari Dewa Siwa mengambil sesuatu dari Wisnu, namun apa sesuatu tersebut? Sesuatu tersebut adalah Ego, atau internal Shakti dari Wisnu. Shakti yang telanjang ini kemudian memeluk Siwa-Nya. Ingatlah ada perbedaan antara Shakti dan Mahadewi. Mahadewi adalah aspek keibuan, juga sangat manis, beliau selalu mengatakan “Sejahteralah anakku,” dan seterusnya. Sedangkan Shakti adalah kebalikannya, ia bersifat lurus, dan tidak memihak, seperti halnya sebuah pisau, cepat, tajam, memotong. Ini ditunjukkan dalam kisah pemetikan teratai (mata Wisnu).
Setelah kehilangan mata dualitas-Nya (karena itu simbol juga dari Shakti), maka sekarang Wisnu hanya menjadi satu mata yang tersisa, yaitu mata non-dualitas. Siwa mengambil Shakti, dan menggantikannya dengan Chakra Sudarshana. Sudarshana berarti Pandangan kuat atau mata sakti, don coba pikirkan menggapa berbentuk chakram?